TRANSLATE THIS BLOG

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Selasa, 18 Desember 2012

KONSEP BELAJAR MENURUT ISLAM, IMAM AL-GHOZALI DAN IMAM AL-ZARNUJI




KONSEP BELAJAR MENURUT ISLAM, IMAM  AL-GHOZALI DAN IMAM AL-ZARNUJI
A.    KONSEP BELAJAR MENURUT ISLAM
Konsep adalah gambaran mental dari obyek, suatu pemikiran, ide, suatu gagasan yang mempunyai derajat kekongkritan, proses ataupun yang diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Sedangkan  belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu.
Konsep pendidikan Islam yaitu suatu ide atau gagasan  untuk menciptakan manusia yang baik dan bertakwa yang menyembah Allah dalam arti yang sebenarnya, yang membangun struktur pribadinya  sesuai dengan syariah Islam serta melaksanakan segenap aktifitas kesehariannya sebagai wujud ketundukannya pada Tuhan. Dengan cara menanamkan nilai-nilai fundamental Islam kepada setiap Muslim terlepas  dari disiplin ilmu apapun yang akan dikaji (Fatih Syuhud dalam  Sidogiri.com).
1.      Pendidikan Dalam Sejarah Islam
Penyelenggaraan pendidikan dalam lintasan sejarah Islam telah dimulai oleh Rasulullah saw dan para Khulafa ar-Rasyidin. Rasulullah saw telah menjadikan mengajar baca-tulis bagi 10 orang penduduk Madinah sebagai syarat pembebasan bagi setiap tawanan perang Badar. Pada masa itu nabi Muhammad senantiasa menanamkan kesadaran pada sahabat dan pengikutnya  akan urgensi ilmu dan selalu mendorong umat untuk senantiasa mencari ilmu. Hal ini dapat kita buktikan dengan adanya banyak hadis yang menjelaskan tentang urgensi dan keutamaan (hikmah) ilmu dan orang yang memiliki pengetahuan. Khalifah Umar bin Khattab, secara khusus, mengirimkan ‘petugas khusus’ ke berbagai wilayah baru Islam untuk menjadi guru pengajar bagi masyarakat Islam di wilayah-wilayah tersebut.
Institusi pendidikan Islam yang mulai menggunakan sistem pendidikan ‘modern’ baru muncul dengan berdirinya Perguruan al-Azhar oleh Daulat Bani Fatimiyyah di Kairo pada tahun 972 M. Pada al-Azhar, selain dilengkapi dengan perpustakaan dan laboratorium, mulai diberlakukan sebuah kurikulum pengajaran. Pada kurikulum al-Azhar diajarkan disiplin-disiplin ilmu agama dan juga disiplin-disiplin ilmu ‘umum’ (aqliyyah). Ilmu agama yang ada dalam kurikulum al-Azhar antara lain tafsir, hadits, fiqh, qira’ah, teologi (kalam), sedang ilmu akal yang ada dalam kurikulum al-Azhar antara lain filsafat, logika, kedokteran, matematika, sejarah dan geografi (Al-Bughury, 2009).  Pendapat yang mengatakan bahwa belajar sebagai aktifitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, ternyata bukan berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu malakukan kegiatan belajar. Dalam Al-Qur’an, kata Al-Ilm dan turunannya berulang sebanyak 780 kali. Seperti yang termaktub dalam wahyu yang pertama turun kepada baginda Rasulullah SAW yakni Al-‘Alaq ayat 1-5. Ayat ini menjadi bukti bahwa Al-Qur’an memandang bahwa aktivitas belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat berupa menyampaikan, menelaah, mencari, dan mengkaji, serta meniliti. Secara faktual, begitu pentingnya ilmu pengetahuan sehingga mewajibkan kepada umat dalam menuntut ilmu ( belajar), sebagaimana dijelaskan Rosulullah SAW dalam sabdanya
Artinya : “menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”(HR. Ibnu Abdil Bari)
Artinya : “tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”
2.      Ruang Lingkup Belajar Menurut islam
Adapun ruang lingkup pendidikan secara garis besar dalam konsep islam dibagi menjadi 5, yaitu:
o    Keimanan
o    Akhlak
o    Intelektual
o    Fisik
o    Psikis
3.      Ciri-Ciri Belajar
Belajar merupakan tindakan siswa yang kompleks. Yang hanya dialami oleh siswa itu sendiri.

Unsur-unsur
Belajar
  1. pelaku
  2. tujuan
  3. proses
  4. tempat
  5. syarat terjadi
  6. ukuran keberhasilan
  7. faedah
  8. Hasil

Siswa yang bertindak belajar/pembelajar
Memperoleh hasil belajar/pengalaman hidup
Internal pada diri pembelajar
Disembarang tempatlajar
Motivasi belajar yang kuat
Dapat memecahkan masalah
Mempertinggi martabat pribadi
Hasil beajar sebagai dampak pengajaran
4.      Tujuan Belajar
Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dan menghadapi bahan belajar. Bahan belajar tersebut berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran. Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang suatu hal. Belajar merupakan proses internal dan kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu.
Dalam firman Allah SWT :
Artinya: ”Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-mujadalah : 11).
5.      Arti Penting Belajar menurut Al-Qur’an
Agama islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar. Bahkan islam mewajibkan kepada setiap orang yang beriman untuk belajar. Perlu diketahui bahwa setiap apa yang dikerjakan, pasti dibaliknya terkandung hikmah atau sesuatu yang penting bagi manusia. Beberapa hal penting yang berkaitan dengan belajar antara lain:
1.      Bahwa orang yang belajar akan mendapatkan ilmu yang dapat digunakan untuk memecahkan segala masalah yang dihadapinya di kehidupan dunia
2.      Manusia dapat mengetahui dan memahami apa yang dilakukannya karena Allah sangat membenci orang yang tidak memiliki pengetahuan akan apa yang dilakukannya karena setiap apa yang diperbuat akan dimintai pertanggungjawabannya.
3.      Dengan ilmu yang dimilikinya, mampu mengangkat derajatnya di mata Allah. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon.
6.      Konsep Strategi Belajar-Mengajar Yang Islami
Strategi Belajar-Mengajar Menurut Konsep Islami, pada dasarnya sebagai berikut:
1.      Proses belajar mengajar dilandasi dengan kewajiban yang dikaitkan dengan niat ibadah kepada Allah.
2.      Konsep strategi belajar mengajar memerlukan kreativitas baik metodologi maupun desain pembelajaran.
3.      Mendidik dengan ketauladanan yang baik
4.      Membutuhkan pembiasaan-pembiasaan untuk mencapai hasil yang maksimal
5.      Mengadakan evaluasi
6.      Dalam proses pembelajaran belajar-mengajar harus diawali dan diakhiri dengan do’a.
Dalam Al-Quran, cara belajar yang membutuhkan usaha manusia, sebagaimana dikemukakan ole Najati (2005), dapat melalui meniru(imitasi), coba-coba (trial and eror), atau melalui pemikiran dan membuat konklusi logis.
7.      Sarana belajar
Manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan tidak berpengetahuan, namun Allah membekali manusia dengan sarana sarana baik fisik maupun psikis, agar manusia dapat menggunakannya untuk belajar dan mengembangkan ilmu dan teknologi untuk kepentingan dan kepentingan manusia.
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan daya nalar agar kamu bersyukur (Qs. An Nahl [16]: 78)
1.      Sarana fisik
Dalam Al-Quran diantara indra-indra eksternal, hanya mata dan telinga yang sering disebut keduanya merupakan alat yang utama membantu seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Meskipun demikian. Bukan berarti indra eksternal lainnya seperti pencium, peraba dan perasa tidak mepunyai fungsi dalam kegiatan belajar karena adakalanya indra-indra tersebut membantu manusia untuk lebih mudah memahami apa yang mereka pelajari.
2.      Sarana psikis
a.         Akal
Akal dapat diartikan sebagai daya pikir atau potensi intelegensi. Akal sebagai sarana psikis belajar dijelaskan dalam surah An-Nahl ayat 78 dengan kata af-idah. Menurut Quraish shihab af idah berarti ” daya nalar”.
b.         Qalbu
Qalbu mempunyai dua arti yakni fisik atau metafisik. Dalam arti fisik adalah Jantung (Heart) berupa segumpal daging berbentuk lonjong, terletak dalam rongga dada sebelah kiri. Dalam pengertian non fisik Qalbu iartikan sebagai al-aql (akal), al-lubb (inti; akal), al-dzakirah (ingatan; mental) dan al-quwwqh al-aqilah (daya pikir). Sementara dalam kamus Al-Maurid, Qalb nonfisik diartikan sebagai 1) mind (akal/pikiran), dan 2) secret tought (pikiran tersembunyi/rahasia).
B.     Konsep Belajar Menurut Tokoh Islam
1.      Al-Ghazali
Menurut Al-Ghazali  proses belajar adalah usaha orang itu untuk mencari ilmu karena itu belajar itu sendiri tidak terlepas dari ilmu yang akan dipelajarinya. Berkaitan dengan ilmu,  Al-Ghazali berpendapat ilmu yang dipelajari dapat dari dua segi, yaitu ilmu sebagai proses dan ilmu sebagai objek.
Pertama, sebagai proses, Al-Ghazali  megklasifikasikan ilmu menjadi tiga. Pertama ilmu hissiyah (ilmu yang diperoleh melalui pengindraan). Kedua, ilmu Aqliyah (ilmu yang diperoleh melalui kegiatan berpikir (akal). Ketiga, ilmu Ladunni (ilmu yang langsung diperoleh dari Allah tanpa berfikir dan proses pengindraan.
Kedua, sebagai objek, Al-Ghazali   membagi ilmu menjadi tiga macam. Pertama, ilmu pengetahuan yang tercela secara mutlak baik sedikit maupun banyak seperti sihir. Kedua, ilmu pengetahuan yang terpuji baik sedikit maupun banyak. Dan Ketiga, ilmu pengetahuan yang dalam kadar tertentu terpuji tetapi bila mendalaminya tercela seperti ilmu ketuhanan, cabang ilmu filsafat (Wahyuni dan Baharuddin, 2010).
Menurut Al-Ghazali  ilmu terdiri dari dua jenis, yaitu ilmu kasbi dan ilmu ladunni. Ilmu kasbi adalah cara berfikir sistematik dan metodik yang dilakukan secara konsisten dan bertahap melalui proses pengamatan, penelitian, percobaan dan penemuan.  Ilmu Ladunni adalah ilmu yang diperoleh orang-orang tertentu dengan tidak melalui proses perolehan ilmu pada umumnya tetapi melalui proses pencerahan oleh hadirnya cahaya ilahi dalam qalbu. Menurut Al-Ghazali   pendekatan belajar dalam menuntut ilmu dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan ta’lim insani dan ta’lim rabbani (Wahyuni dan Baharuddin, 2010)
2.      Al-Zarnuji
Konsep pendidikan Al-Zarnuji tertuang dalam karya monumentalnya, kitab ” Ta’lim al-Mutallim Thuruq al-Ta’allum” konsep pendidikan yang dikemukakan antara lain:
a.             pengertian ilmu dan keutamaannya
b.             niat belajar
c.             memilih guru, ilmu, teman dan ketabahan dalam belajar
d.            megormati ilmu dan ulama
e.             ketekunan, kontuinitas, dan cita-cita luhur
f.              permulaan dan insensitas belajar serta tata tertibnya
g.             tawakkal kepada Allah SWT
h.             Masa belajar
i.               kasih sayang dan memberi nasihat
j.               mengambil pelajaran
k.             wara’ (menjaga diri dari yang syubhat dan haram) pada masa belajar
l.               penyebab hafal dan lupa
m.           masalah rezeki dan ilmu  umur
Al-Zarnuji membagi ilmu pengetahuan dalam empat kategori. Pertama, ilmu Fardhu ’ain yaitu ilmu yang wajib di pelajari oleh setiap muslim individual. Kedua, ilmu fardhu kifayah yaitu ilmu yang kebutuhannya hanya dalam saat-sata tertentu saja, misalnya ilmu shalat jenazah. Ketiga, Ilmu haram, yaitu ilmu yang haram untuk dipelajari, seperti ilmu nujum. Keempat, ilmu jawas yaitu ilmu yang yang hukum mempelajarinya boleh karena bermanfaat bagi manusia (Wahyuni dan Baharuddin, 2010).







BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Menurut perspektif agama islam, bahwa belajar itu adalah hukumnya wajib bagi setiap umat  baik bagi laki-laki muapun perempuan. Agama islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar. Bahkan islam mewajibkan kepada setiap orang yang beriman untuk belajar. Perlu diketahui bahwa setiap apa yang dikerjakan, pasti dibaliknya terkandung hikmah atau sesuatu yang penting bagi manusia.
B.            Saran
Untuk membuat pendidikan ini berjalan lebih baik lagi, para siswa harus meningkatkan belajarnya dan aktif ketika pelajaran berlangsung. Dan bagi seorang guru harus menggunakan metode pengajaran yang lebih baik lagi, ketika pembelajaran berlangsung. Yang membuat siswa merasa senang di kelas dan menggugah selera siswa untuk lebih rajin dalam belajar baik dalam kelas maupun nanti ketika di rumah. Untuk itu cara pengajarannya pun harus yang menarik agar tidak membuat jenuh.

http://blog.umy.ac.id/arumcreat/2012/11/14/konsep-belajar-menurut-islam/

1 komentar:

  1. Huda, M., & Kartanegara, M. (2015). Islamic Spiritual Character Values of al-Zarnūjī’s Taʻlīm al-Mutaʻallim. Mediterranean Journal of Social Sciences, 6(4), 229.

    BalasHapus

Translate

Jalanku Untuk-MU