KONSEP
BELAJAR MENURUT ISLAM,
IMAM AL-GHOZALI DAN IMAM AL-ZARNUJI
A.
KONSEP
BELAJAR MENURUT ISLAM
Konsep adalah gambaran mental dari obyek, suatu pemikiran,
ide, suatu gagasan yang mempunyai derajat kekongkritan, proses ataupun yang
diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.
Sedangkan belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu
dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan
tertentu.
Konsep pendidikan Islam yaitu suatu ide atau gagasan
untuk menciptakan manusia yang baik dan bertakwa yang menyembah Allah dalam
arti yang sebenarnya, yang membangun struktur pribadinya sesuai dengan
syariah Islam serta melaksanakan segenap aktifitas kesehariannya sebagai wujud
ketundukannya pada Tuhan. Dengan cara menanamkan nilai-nilai fundamental Islam
kepada setiap Muslim terlepas dari disiplin ilmu apapun yang akan dikaji
(Fatih Syuhud dalam Sidogiri.com).
1.
Pendidikan
Dalam Sejarah Islam
Penyelenggaraan pendidikan dalam
lintasan sejarah Islam telah dimulai oleh Rasulullah saw dan para Khulafa
ar-Rasyidin. Rasulullah saw telah menjadikan mengajar baca-tulis bagi 10 orang
penduduk Madinah sebagai syarat pembebasan bagi setiap tawanan perang Badar.
Pada masa itu nabi Muhammad senantiasa menanamkan kesadaran pada sahabat dan
pengikutnya akan urgensi ilmu dan selalu mendorong umat untuk senantiasa
mencari ilmu. Hal ini dapat kita buktikan dengan adanya banyak hadis yang
menjelaskan tentang urgensi dan keutamaan (hikmah) ilmu dan orang yang memiliki
pengetahuan. Khalifah Umar bin Khattab, secara khusus, mengirimkan ‘petugas
khusus’ ke berbagai wilayah baru Islam untuk menjadi guru pengajar bagi
masyarakat Islam di wilayah-wilayah tersebut.
Institusi pendidikan Islam yang
mulai menggunakan sistem pendidikan ‘modern’ baru muncul dengan berdirinya
Perguruan al-Azhar oleh Daulat Bani Fatimiyyah di Kairo pada tahun 972 M. Pada
al-Azhar, selain dilengkapi dengan perpustakaan dan laboratorium, mulai
diberlakukan sebuah kurikulum pengajaran. Pada kurikulum al-Azhar diajarkan
disiplin-disiplin ilmu agama dan juga disiplin-disiplin ilmu ‘umum’ (aqliyyah).
Ilmu agama yang ada dalam kurikulum al-Azhar antara lain tafsir, hadits, fiqh,
qira’ah, teologi (kalam), sedang ilmu akal yang ada dalam kurikulum al-Azhar
antara lain filsafat, logika, kedokteran, matematika, sejarah dan geografi
(Al-Bughury, 2009). Pendapat yang mengatakan bahwa belajar sebagai
aktifitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, ternyata bukan
berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup
manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu malakukan kegiatan belajar.
Dalam Al-Qur’an, kata Al-Ilm dan turunannya berulang sebanyak 780 kali. Seperti
yang termaktub dalam wahyu yang pertama turun kepada baginda Rasulullah SAW
yakni Al-‘Alaq ayat 1-5. Ayat ini menjadi bukti bahwa Al-Qur’an memandang bahwa
aktivitas belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Kegiatan belajar dapat berupa menyampaikan, menelaah, mencari, dan
mengkaji, serta meniliti. Secara faktual, begitu pentingnya ilmu pengetahuan
sehingga mewajibkan kepada umat dalam menuntut ilmu ( belajar), sebagaimana
dijelaskan Rosulullah SAW dalam sabdanya
Artinya : “menuntut ilmu itu wajib
bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”(HR. Ibnu Abdil Bari)
Artinya : “tuntutlah ilmu sampai ke
negeri Cina”
2.
Ruang
Lingkup Belajar Menurut islam
Adapun ruang lingkup pendidikan
secara garis besar dalam konsep islam dibagi menjadi 5, yaitu:
o
Keimanan
o
Akhlak
o
Intelektual
o
Fisik
o
Psikis
3.
Ciri-Ciri
Belajar
Belajar merupakan tindakan siswa
yang kompleks. Yang hanya dialami oleh siswa itu sendiri.
Unsur-unsur
|
Belajar
|
|
Siswa
yang bertindak belajar/pembelajar
Memperoleh hasil belajar/pengalaman hidup
Internal pada diri pembelajar
Disembarang tempatlajar
Motivasi belajar yang kuat
Dapat memecahkan masalah
Mempertinggi martabat pribadi
Hasil beajar sebagai dampak pengajaran
|
4.
Tujuan
Belajar
Belajar merupakan peristiwa
sehari-hari di sekolah. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua
subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami
sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dan menghadapi bahan
belajar. Bahan belajar tersebut berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan,
manusia, dan bahan yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran. Dari segi
guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang suatu
hal. Belajar merupakan proses internal dan kompleks. Yang terlibat dalam proses
internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif,
efektif, dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-ranah
tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu.
Dalam firman Allah SWT :
Artinya: ”Hai orang-orang beriman
apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
“Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-mujadalah :
11).
5.
Arti
Penting Belajar menurut Al-Qur’an
Agama islam sangat menganjurkan
kepada manusia untuk selalu belajar. Bahkan islam mewajibkan kepada setiap
orang yang beriman untuk belajar. Perlu diketahui bahwa setiap apa yang
dikerjakan, pasti dibaliknya terkandung hikmah atau sesuatu yang penting bagi
manusia. Beberapa hal penting yang berkaitan dengan belajar antara lain:
1. Bahwa orang yang belajar akan
mendapatkan ilmu yang dapat digunakan untuk memecahkan segala masalah yang
dihadapinya di kehidupan dunia
2. Manusia dapat mengetahui dan
memahami apa yang dilakukannya karena Allah sangat membenci orang yang tidak
memiliki pengetahuan akan apa yang dilakukannya karena setiap apa yang
diperbuat akan dimintai pertanggungjawabannya.
3. Dengan ilmu yang dimilikinya, mampu
mengangkat derajatnya di mata Allah. Belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia
dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon
berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan
respon.
6.
Konsep
Strategi Belajar-Mengajar Yang Islami
Strategi Belajar-Mengajar Menurut
Konsep Islami, pada dasarnya sebagai berikut:
1. Proses belajar mengajar dilandasi
dengan kewajiban yang dikaitkan dengan niat ibadah kepada Allah.
2. Konsep strategi belajar mengajar
memerlukan kreativitas baik metodologi maupun desain pembelajaran.
3. Mendidik dengan ketauladanan yang
baik
4. Membutuhkan pembiasaan-pembiasaan
untuk mencapai hasil yang maksimal
5. Mengadakan evaluasi
6. Dalam proses pembelajaran
belajar-mengajar harus diawali dan diakhiri dengan do’a.
Dalam Al-Quran, cara belajar yang membutuhkan usaha manusia,
sebagaimana dikemukakan ole Najati (2005), dapat melalui meniru(imitasi),
coba-coba (trial and eror), atau melalui pemikiran dan membuat konklusi logis.
7.
Sarana
belajar
Manusia diciptakan oleh Allah dalam
keadaan tidak berpengetahuan, namun Allah membekali manusia dengan sarana
sarana baik fisik maupun psikis, agar manusia dapat menggunakannya untuk
belajar dan mengembangkan ilmu dan teknologi untuk kepentingan dan kepentingan
manusia.
Dan Allah mengeluarkan kamu dari
perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan daya nalar agar kamu bersyukur (Qs. An Nahl [16]:
78)
1. Sarana fisik
Dalam Al-Quran diantara indra-indra
eksternal, hanya mata dan telinga yang sering disebut keduanya merupakan alat
yang utama membantu seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Meskipun
demikian. Bukan berarti indra eksternal lainnya seperti pencium, peraba dan
perasa tidak mepunyai fungsi dalam kegiatan belajar karena adakalanya
indra-indra tersebut membantu manusia untuk lebih mudah memahami apa yang
mereka pelajari.
2. Sarana psikis
a.
Akal
Akal dapat diartikan sebagai daya
pikir atau potensi intelegensi. Akal sebagai sarana psikis belajar dijelaskan
dalam surah An-Nahl ayat 78 dengan kata af-idah. Menurut Quraish shihab af idah
berarti ” daya nalar”.
b.
Qalbu
Qalbu mempunyai dua arti yakni fisik
atau metafisik. Dalam arti fisik adalah Jantung (Heart) berupa segumpal daging
berbentuk lonjong, terletak dalam rongga dada sebelah kiri. Dalam pengertian
non fisik Qalbu iartikan sebagai al-aql (akal), al-lubb (inti; akal),
al-dzakirah (ingatan; mental) dan al-quwwqh al-aqilah (daya pikir). Sementara
dalam kamus Al-Maurid, Qalb nonfisik diartikan sebagai 1) mind (akal/pikiran),
dan 2) secret tought (pikiran tersembunyi/rahasia).
B.
Konsep
Belajar Menurut Tokoh Islam
1.
Al-Ghazali
Menurut Al-Ghazali proses
belajar adalah usaha orang itu untuk mencari ilmu karena itu belajar itu
sendiri tidak terlepas dari ilmu yang akan dipelajarinya. Berkaitan dengan
ilmu, Al-Ghazali berpendapat ilmu yang dipelajari dapat dari dua segi,
yaitu ilmu sebagai proses dan ilmu sebagai objek.
Pertama, sebagai proses, Al-Ghazali
megklasifikasikan ilmu menjadi tiga. Pertama ilmu hissiyah (ilmu yang diperoleh
melalui pengindraan). Kedua, ilmu Aqliyah (ilmu yang diperoleh melalui kegiatan
berpikir (akal). Ketiga, ilmu Ladunni (ilmu yang langsung diperoleh dari Allah
tanpa berfikir dan proses pengindraan.
Kedua, sebagai objek,
Al-Ghazali membagi ilmu menjadi tiga macam. Pertama, ilmu
pengetahuan yang tercela secara mutlak baik sedikit maupun banyak seperti
sihir. Kedua, ilmu pengetahuan yang terpuji baik sedikit maupun banyak. Dan
Ketiga, ilmu pengetahuan yang dalam kadar tertentu terpuji tetapi bila
mendalaminya tercela seperti ilmu ketuhanan, cabang ilmu filsafat (Wahyuni dan
Baharuddin, 2010).
Menurut Al-Ghazali ilmu
terdiri dari dua jenis, yaitu ilmu kasbi dan ilmu ladunni. Ilmu kasbi adalah
cara berfikir sistematik dan metodik yang dilakukan secara konsisten dan
bertahap melalui proses pengamatan, penelitian, percobaan dan penemuan.
Ilmu Ladunni adalah ilmu yang diperoleh orang-orang tertentu dengan tidak
melalui proses perolehan ilmu pada umumnya tetapi melalui proses pencerahan
oleh hadirnya cahaya ilahi dalam qalbu. Menurut Al-Ghazali pendekatan
belajar dalam menuntut ilmu dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu
pendekatan ta’lim insani dan ta’lim rabbani (Wahyuni dan Baharuddin, 2010)
2.
Al-Zarnuji
Konsep pendidikan Al-Zarnuji
tertuang dalam karya monumentalnya, kitab ” Ta’lim al-Mutallim Thuruq
al-Ta’allum” konsep pendidikan yang dikemukakan antara lain:
a.
pengertian
ilmu dan keutamaannya
b.
niat
belajar
c.
memilih
guru, ilmu, teman dan ketabahan dalam belajar
d.
megormati
ilmu dan ulama
e.
ketekunan,
kontuinitas, dan cita-cita luhur
f.
permulaan
dan insensitas belajar serta tata tertibnya
g.
tawakkal
kepada Allah SWT
h.
Masa
belajar
i.
kasih
sayang dan memberi nasihat
j.
mengambil
pelajaran
k.
wara’
(menjaga diri dari yang syubhat dan haram) pada masa belajar
l.
penyebab
hafal dan lupa
m.
masalah
rezeki dan ilmu umur
Al-Zarnuji membagi ilmu pengetahuan dalam empat kategori.
Pertama, ilmu Fardhu ’ain yaitu ilmu yang wajib di pelajari oleh setiap muslim
individual. Kedua, ilmu fardhu kifayah yaitu ilmu yang kebutuhannya hanya dalam
saat-sata tertentu saja, misalnya ilmu shalat jenazah. Ketiga, Ilmu haram,
yaitu ilmu yang haram untuk dipelajari, seperti ilmu nujum. Keempat, ilmu jawas
yaitu ilmu yang yang hukum mempelajarinya boleh karena bermanfaat bagi manusia
(Wahyuni dan Baharuddin, 2010).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menurut perspektif agama islam,
bahwa belajar itu adalah hukumnya wajib bagi setiap umat baik bagi
laki-laki muapun perempuan. Agama islam sangat menganjurkan kepada manusia
untuk selalu belajar. Bahkan islam mewajibkan kepada setiap orang yang beriman
untuk belajar. Perlu diketahui bahwa setiap apa yang dikerjakan, pasti
dibaliknya terkandung hikmah atau sesuatu yang penting bagi manusia.
B.
Saran
Untuk membuat pendidikan ini
berjalan lebih baik lagi, para siswa harus meningkatkan belajarnya dan aktif
ketika pelajaran berlangsung. Dan bagi seorang guru harus menggunakan metode
pengajaran yang lebih baik lagi, ketika pembelajaran berlangsung. Yang membuat
siswa merasa senang di kelas dan menggugah selera siswa untuk lebih rajin dalam
belajar baik dalam kelas maupun nanti ketika di rumah. Untuk itu cara
pengajarannya pun harus yang menarik agar tidak membuat jenuh.
http://blog.umy.ac.id/arumcreat/2012/11/14/konsep-belajar-menurut-islam/
Huda, M., & Kartanegara, M. (2015). Islamic Spiritual Character Values of al-Zarnūjī’s Taʻlīm al-Mutaʻallim. Mediterranean Journal of Social Sciences, 6(4), 229.
BalasHapus