This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

TRANSLATE THIS BLOG

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Jumat, 25 November 2011

KHALIFAH HARUSN AL-RASYID


KHALIFAH HARUSN AL-RASYID

      Khalifah yang bernama lengkap al-Rasyid Abu ja’far bin Al-Mahdi bin Al-Mansyur Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al-Abbas, namun namanya yang termasyhur adalah Harun Al-Rasyid, ia lahir di kota Ray pada tahun 148 H, ketika itu ayahnya masih menjabat sebagai gubernur wilayah Khurasan. Ibunya bernama Khaizuran, mantan seorang budak. Ketika pada tanggal 14 September 786, Harun al-Rasyid diangkat sebagai khalifah yang kelima. Ia dikenal sebagai orang yang mempunyai intelektual yang cukup matang. Menurut catatan sebuah sejarah dialah yang akan mengantarkan dinasti Abbasiyah ke era kejayaan.
      Harun al-Rasyid telah berhasil menghiasi kota Baghdad dengan gemerlap khazanah ilmu pengetahuan, termasuk dunia seni dan sastra, juga dapat melebarkan sayapnya di ibu kota dinasti Abbasiyah ini, banyak tokoh sastra yang muncul kepermukaan seperti: Abunawas (wafat 803 M/ 187 H), al-Kisa’I (wafat 805 M/ 189 H) dan Ibrahim Al-Mausil (wafat 804 M/ 188 H). Pada masa perkembangannya, ia selalu melakukan shalat sunnah sebanyak seratus raka’at setiap hari. Kebiasaan ini tak pernah ia tinggalkan kecuali bila ia sakit. Setiap hari juga ia selalu bersedekah sebanyak seribu dirham dari dalam sakunya sendiri. Ia merupakan sosok khalifah yang sangat mencintai ilmu dan menyukai orang-orang yang berilmu, ia juga sangat memperhatikan perintah dan larangan Allah.
      Ada beberapa peristiwa penting dalam pemerintahannya, pada tahun 175 H Abdullah bin Mus’ab al-Zubairi membuat sebuah provokasi yang menyatakan bahwa Yahya bin Abdullah bin Hasan al-Alawi meminta dirinya melakukan pemberontakan terhadap Harun al-Rasyid. Mendengar berita itu Harun lantas memanggil keduanya untuk bersumpah.Harun menjabat tangan Zubair seraya berkata: “Ya Allah jika engkau tahu bahwa Yahya tidak mengajak saya untuk memecahkan umat islam dan melakukan pemberontakan

kepada amirul mu’minin, maka jadikanlah saya hanya bergantung kepada daya dan upayaku sendiri dan jauhkanlah siksa kepadaku dari sisi-Mu”.
1.   Khalif Kelima
      Harun ibn Muhamad naik menjabat khalif yang kelima yang telah menggantikan khalif al-Hadi pada tahun 170 H/ 786 M dalam usia 25 tahun dengan pangilan khalif Harun al-Rasyid (170-193 H/ 786-809 M). Masa pemerintahannya yang 23 tahun ini merupakan permulaan zaman emas bagi sejarah dunia islam belahan timur. Seperti masa pemerintahannya Emir Abdurrahman II (206-238 H/ 822-852 M) di Cordova merupakan permulaan zaman emas dalam sejarah dunia islam belahan barat. Masa pemerintahannya itu bersama masanya dengan masa pemerintahan Karel Maha Agung (charlemagre: 768-814 M), pembangunan imperium Roma suci (Holly Roman Empire) bagi dunia Kristen bagian barat, yang ditebarkan menjadi kaisar oleh Paus  Leo III (795-816 M) pada tahun 800 M.
      Encyclopedia Americana Vol. XIII edisi 1976 halaman 834 menulis tentang masa pemerintahannya dengan: “Harun’s Reputation Was For a Long Time Inflated and Idealized in Both East and Wast, Perhaps Largely Because of his Legindary Role as a Figure in Some of The Arabian Nights. The Caliphate Reached it’s people of power, wealth, and culture in his time”. Yang bermakna: Namun Harun dalam timur maupun barat, legendaris didalam sebagian kisah-kisah seribu satu malam. Khilafat mencapai puncak kekuasaannya, kemakmuran dan kebudayaan pada masanya. Historian’s History of The World Vol. VIII edisi 1926 halaman 210 menulis masa pemerintahannya dengan: “Keagungan dan seluruh kekuasaan-kekuasaan sebelumnya telah suram didepan harun al-Rasyid, Harun maha adil (786-809). Penguasaan yang termasyhur ini, yang pada massanya kecakapan khusus bangsa Arab mencapai perkembangan yang tertinggi, memiliki keistimewaan diantara para penguasa yang telah menggantikan Muhammad SAW. Gagah berani, dermawan, dan maha agung ia menolak sikap rayuan untuk mempergunakan kekuasaan tertinggi yang berada ditangannya itu secara sewenang-wenang terhadap rakyat yang tidak pernah menggerutu atas setiap

kehendaknya, dan ia memerintah dengan keseluruh perhatian tertuju bagi menjamin kebahagiaan rakyatnya.
2.   Keserentakan Tiga Peristiwa
      Khalifah Harun adalah putra termuda dari tuan puteri Khaizran, permaisuri khalif al-Mahdi yang berasal dari bekas sahaya itu. Wazir Yahya al-Barmeki menyampaikan lagi suatu berita gembira bahwa istri Emir Harun al-Rasyid telah melahirkan putera pada malam itu juga, yaitu al-Makmun. Putra yang lahir pada malam itu, yakni Abdullah yang berlakangan menjabat khalif al-Makmun,adalah putra dari istri kedua berkebangsaan Iran. Sedangkan putera yang pertama, yakni Muhammad yang belakangan ini menjabat khalif al-Amin, adalah purta dari istri pertama tuan purti Zubaidah dari turunan keluarga Hasyim. Diantara seluruh khalif-khalif di dalam daulat Abbasiyah yang berjumlah 37 khalif itu, maka Muhamad al-Amin itulah Cuma yang ibu bapaknya kedua-duanya adalah keturunan Arab. Sedangkan khalif-khalif yang lainnya maka ibunya ada dari turunan Iran, Kurdi, Grik, Rum, Turki, Zangi, India, Kopti, Sudan, Habsyi, Armenia, Slavs, dan lain-lainnya.
3.   Perbatasan Asia Kecil
      Pada tahun 170H/ 786 M setelah berlangsungnya bai’at umum, khalif Harun Al-Rasyid menghapus pos-pos pengintai (al-Tsughur) yang berada disepanjang perbatasan Asia kecil, yakni sepanjang perbatasan al-Jazirah disebelah utara Irak dan sepanjang perbatasan Syiria Utara.
      Selanjutnya memerintahkan pembangunan kota-kota benteng (al-Hushun = al-Qal’at) pada tempat-tempat yang strategis, disepanjang perbatasan Asia Kecil itu. Juga membangun bivak-bivak ketentaraan (al-Ma’adil) pada tempat-tempat yang penting diantara kota-kota benteng itu.
      Semenjak Empress Irene dari imperium Bizantium yang bersikap agresif pada mulanya itu adalah terpaksa pada akhirnya membeli perdamaian dengan kesediaan membayar upeti tahunan (Anrual Tributary) yang sedemikian beratnya kepada khalif al-Mahdi melalui putranya Emir Harun al-Rasyid, yang menjabat panglima pasukan islam belakangan ini, maka seluruh kota-kota benteng di Asia kecil yang telah diduduki itu dipulangkan kembali kepada

imperium Benzentium. Galatra dan Kilika dan Phrygia adalah mengandung monument-monumen sejarah bagi dunia keislaman karena disitulah lapangan kegiatan rasul pada masa lalu. Empress Irene itu naik menjadi Regent atas putranya kaisar Constantine kaisar Leo IV mangkat. Semenjak perjanjian damai diikat pada tahun 780 M itu maka tak ada peristiwa apapun terjadi antara imperium Bizentium dengan imperium Abbasiyah.
4.   Serangan ke Rumania
      Historian’s History of the World vol. VII halaman 9 dan juga vol. VIII halaman 36 mencatat bahwa pada tahun 789 M pasukan arab melakukan serangan terhadap Rumania. Oleh karena wilayah Thracia masih berada dibawah kekuasaan imperium Bizantium dan wilayah dataran tinggi Karpatia (termasuk Bulgaria yang pertama (584-1018 M) maka sudah tentulah serangan yang dikatakan itu dilakukan melalui laut oleh armada islam di laut hitam yang berpangkalan pada Bandar-bandar pelabuhan sepanjang pesisir Armenia dan pesisir Georgia yang berada dibawah kekuasaan islam.
      Hal itu dapat disaksikan pada kenyataan sejarah bahwa sewaktu-waktu pasukan islam dalam tahun 780 M pada masa pemerintahan khalif al-Mahdi di bawah pimpinan panglimanya Emil Harun al-Rasyid berhasil pada akhirnya dalam tahun ini mencapai selat Bosporus dengan menerobos dataran Asia kecil. Maka armada islam dari laut Aegia melalui selat Helespont dan laut Marmara telah bertemu di selat Bosporus itu dengan armada islam dari laut hitam dan lalu berpair-pair didepan Contatinopel, kekhawatiran bahwa pasukan besar islam itu akan didaratkan disemenanjung Thracia dan menguasai daerah itu dan melakukan pengepungan terhadap ibu kota Constantinopel, seperti pernah tejadi pada masa pemerintahan khalif Muawiyyah I (41-60 H/ 661-681 M) dan juga pada masa pemerintahan khalif Sulaiman bin Abdil Malik (96-99 H/ 714-717 M) dari daulat Umayyah, hingga didalam pengepungan yang terakhir ini sempat membangun kota satelit Galata diluar perbentengan constatinopel, maka kekuatan itulah yang mendorong Empress Irene.


5.   Mata Air Zubaidah
      Pada tahun 173 H/ 789 M berlangsung suatu peristiwa yang amat tercatat sekali dalam sejarah. Khalif Harun Al-RAsyid dengan keluarganya dan pasukan pengiringnya berangkat menunaikan rukun islam yang kelima yaitu ke tahan suci (haji) dengan berjalan kaki. Ia menolak untuk menggunakan kendaraan apapun juga kecuali mengangkut peralatan dan perbekalan. Syukur saja bahwa bapaknya khalif al-Mahdi telah menggali telaga-telaga air tawar (al-Abar) pada tempat-tempat perhentian dan membangun kolam-kolam air tertutup (al-Bark) pada jarak-jarak tertentu dengan petugas-petugas yang harus terus menerus mengisinya pada setiap musim haji.
      Pada saat itulah permaisurinya tuan putrid Zubaidah mendorongkan pembangunan saluran air untuk kota suci Mekkah dari suatu sumber mata air yang terletak jauh di luar kota Mekkah. Saluran air itulah yang terkenal sampai kepada masa kita sekarang ini dengan ‘Ain Zubaidah. Khalif Harun Al-Rasyid sendiri pada tahun 173 H/ 789 M itu mengariskan sekian banyak pembangunan di tanah suci.
6.   Perusuhan Arah ke Dalam
      Pada tahun 171 H/ 787 M dipadamkan perusahaan disekitar Kabul dan Sanhar dalam wilayah Afganistan sekarang ini. Lembah Sind dan wilayah Gujarat (surashtra) mendapat serangan berkala dari pihak raja Vatsaraja (775-800 M) dari dinasti Gujar-Prathihara (740-1036 M) yang menguasai wilayah Rajputana dan bagian utara India, akan tetapi senantiasa dapat dipatahkan oleh al-Wali (gubernur) wilayah, Sind dan Gujarat. Pada tahun 176 H/ 729 M berlangsung pemberontakan Emir Yahya ibn Abdillah ibn al-Ahsan dari turunan keluarga Alawi. Pada dataran tinggi Dailam dalam jailan sebelah utara Kazwin. Khalifah Harun al-Rasyid mengirim pasukan dibawah panglima Fadhal ibn Yahya al-Barmeki berkekuatan 50.000 orang. Pada tahun 177 H/ 793 M. emir Yahya ibn Abdillah, memohonkan damai dan menyerahkan dirinya. Dia dibawa ke Baghdad dan khalif Harun menyambutnya dengan kehormatan.
           

Pada tahun berikutnya, yakni tahun 178 H / 794 M, pecah pemberontakan lagi dalam wilayah Armenia dan Azarbaijan dibawah seorang pemuka Sekta Khawarij, Walid Ibn Tharif al-Tiglabi. Khalif Harun mengirimkan pasukan besar dibawah panglima Yazid ibn Mazid al-Syaibani. Pasukan itu dapat dipadamkan tahun itu juga dan pemuka itu tewas dalam pertempuran. Pada tahun 180 H/ 796 M pecah pertentangan yang sangat sengitnya antara kelompok masyarakat Yamani dengan kelompok masyarakat Mudhari dalam wilayah Syiria dan Palestina, seperti juga halnya dengan pertentangan tajam antara kedua keturunan itu dalam wilayah Andalusia.
7.  Serangan Pihak Khazars
      Pada tahun 183 H/ 799 M berlangsung serangan pihak Khazars, yang mendiami hulu sungai danau dan sungai Wolga disebelah utara Kaukasus, terhadap wilayah Georgia dan Armenia dan Azarbalijan. Serangan itu amat mendadak sekali terjadi pembunuhan-pembunuhan masal terhadap orang islam dan orang zimmi (bukan islam) beserta pembakaran dan pemusnahan dan rebut rampas. Serangan pihak Khazars itu disebabkan suatu peristiwa. Pada tahun 182 H/ 798 M seorang puteri Khakhan, maharaja Khazars, mengadakan kunjungan kehormatan bersama para pengiringnya kepada Emir Fadhal ibn Yahya al-Barmeki, yang menjabat al-Wali (gubernur) ketiga wilayah itu.
8.   Serangan Pihak Binzantium
      Kemungkinan serangan kembali dari pihak Benzantium, seperti diperhitungkan Khalif Harun al-Rasyid pada mula menjabat khalifah, dalam pergolakan dua kekuasaan memperebutkan kekuasaan di Constantinopel maka pada akhirnya sang putera, Constansine VI. Pada tahun 790 M dalam usia 20 tahun berhasil merebut kekuasaan dari ibunya dan terhadap Empress Irene. Pada tahun 790 M demikian William L. Longer di dalam Encyclopedia of World History Cetakan 1956 halaman 176, kaisar Constantine VI menggerakan serangan pada perbatasan Asia utara. Tujuan ke Bulgaria untuk melaksanakan kristenisasi di dalam kalangan suku-suku slavs dan tujuan ke


selatan utnuk memulihkan kekuasaan imperium Roma Timur dalam wilayah syiria dan Palestina.
9.   Daulat Aghlabiyah
      Khalif Harun Al-Rasyid dalam tahun 184 H/ 800 M menunjuk dan mengangkat panglima Ibrahim Ibn Aghlab menjabat Alwali (gubernur) wilayah Afrika utara berkedudukan di Kairawan. Pangkat berdirinya daulat Aghlabiyah (Aghlabyte Dynasty) dalam wilayah Afrika utara, yang berkuasa dalam 112 tahun, bermula pada tahun 184 H/ 800 M itu sampai tahun 296 H/ 909 M. pada penguasanya terdiri atas 11 orang, sebagai berikut:
1)      184-196 Emir Ibrahim ibn Aghlab.
2)      196-201 Emir Abdul-Abbas Ibn Ibrahim.
3)      201-223 Emir zi-Ladatullah ibn Ibrahim.
4)      223-226 Emir Abu Iqbal al-Aghlab ibn Ibrahim.
5)      226-242 Emir Muhammad Ibnu Al-Aghlab.
6)      242-249 Emir Ahmad Ibn Abil-Abaas.
7)      249-250 Emir zi-Ladatullah ibn Ahmad.
8)      250-261 Emir Abdul Gharaniq ibn Ahmad.
9)      261-289 Emir Ibrahim bin Ahmad.
10)  289-290 Emir Abdullah ibn Ibrahim.
11)  290-296 Emir Ziyadatullah ibn Abri-Abbas.
10. Perutusan Pihak Charlemagne
      Pada tahun 184 H/ 801 M tiba di Baghdad perutusan Kharel Maha Agung ataupun Charlemagne (768-814 M) kaisar Holy Roman Empire pada dunia belahan barat  dan khilaf Harun al-Rasyid pada tahun tiu juga mengirimkan perutusan balasan menuju Aachen membawa berbagai macam hadiah yang menakjubkan orang-orang pada balai penghadapan Charlemagne masa itu. Charlemagne, cucu Karel Martel (714-741 M) yang mampu memukul pasukan islam dibawah panglima besar Abdurahman Al-Cafiki pada tahun 732 M untuk menuju dari kota Tours menuju Paris yang berjarak 126 mil, sewaktu bergerak meluaskan kekuasaannya kearah selatan melintasi pegunungan Pyrenees untuk merebut semenanjung Iberia dari tangan kekuasaan islam pada

masa pemerintahan Emir Abdurahman I (756-788 M) maka pasukannya itu hancur binasa dalam pertempuran di Roncesvalles pada tahun 778 M, yakni jalan genting pada perbatasan utara Navera. Dengan begitu ia pun dihadapkan pada kenyataan bahwa ia kini berhadapan dengan kekuatan yang sebanding, karena Emir Abdurahman I itu adalah pembangun daulat Umayyah (756-1031 M) di semenanjung Liberia.

























Translate

Jalanku Untuk-MU