TAREKAT DAN PERKEMBANGANNYA
- PENGERTIAN TAREKAT
Asal kata “tarekat” dalam
bahasa arab yaitu “thariqah” yang berarti jalan, keadaan, aliran, atau garis
pada sesuatu.
Menurut
istilah tasawuf, tarekat berarti perjalanan seorang salik (pengikut tarekat)
menuju Tuhan dengan cara mensucikan diri atau perjalanan yang harus ditempuh
secara rohani, maknawi oleh seseorang untuk dapat mendekatkan diri sedekat
mungkin kepada Allah SWT.
TARIQAT atau Tariqah merupakan intipati
pelajaran Ilmu Tasawuf yang mana dengannya seseorang itu dapat menyucikan
dirinya dari segala sifat-sifat yang keji dan menggantikannya dengan
sifat-sifat Akhlaq yang terpuji. Ia juga merupakan Batin bagi Syari’at yang
mana dengannya seseorang itu dapat memahami hakikat amalan-amalan Salih di
dalam Agama Islam.
Ilmu Tariqat juga merupakan suatu jalan yang
khusus untuk menuju Ma’rifat dan Haqiqat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ia termasuk
dalam Ilmu Mukasyafah dan merupakan Ilmu Batin, Ilmu Keruhanian dan Ilmu
Mengenal Diri. Ilmu Keruhanian ini adalah bersumber dari Hadhrat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala yang diwahyukan kepada Hadhrat Jibrail ‘Alaihissalam dan
diwahyukan kepada sekelian Nabi dan Rasul khususnya Para Ulul ‘Azmi dan yang
paling khusus dan sempurna adalah kepada Hadhrat Baginda Nabi Besar, Penghulu
Sekelian Makhluk, Pemimpin dan Penutup Sekelian Nabi dan Rasul, Baginda
Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Alihi Wa Ashabihi Wasallam.
Kemudian ilmu ini dikurniakan secara khusus
oleh Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam
kepada dua orang Sahabatnya yang unggul iaitu Hadhrat Sayyidina Abu Bakar
As-Siddiq dan Hadhrat Sayyidina ‘Ali Ibni Abi Talib Radhiyallahu ‘Anhuma.
Melalui mereka berdualah berkembangnya sekelian Silsilah Tariqat yang muktabar
di atas muka bumi sehingga ke hari ini.
Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah
Sallallahu ‘Alaihi Wasallam juga mengurniakan Ilmu Keruhanian yang khas kepada
Hadhrat Salman Al-Farisi Radhiyallahu ‘Anhu.
Di zaman Hadhrat Baginda Nabi Muhammad
Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, seorang Tabi’in yang bernama Hadhrat
Uwais Al-Qarani Radhiyallahu ‘Anhu juga telah menerima limpahan Ilmu Keruhanian
dari Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam
meskipun dia berada dalam jarak yang jauh dan tidak pernah sampai ke Makkah dan
Madinah bertemu Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi
Wasallam, sedangkan beliau hidup pada suatu zaman yang sama dengan Hadhrat
Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Pada tahun 657 Masihi Hadhrat Uwais Al-Qarani
Radhiyallahu ‘Anhu Wa Rahmatullah ‘Alaih telah membangunkan suatu jalan Tariqat
yang mencapai ketinggian yang terkenal dengan Nisbat Uwaisiyah yang mana
seseorang itu boleh menerima limpahan Keruhanian dari Hadhrat Baginda Nabi
Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan sekelian Para Masyaikh
Akabirin meskipun pada jarak dan masa yang jauh.
Di dalam kitab ‘Awariful Ma’arif ada dinyatakan
bahawa di zaman Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi
Wasallam, Hadhrat Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq dan Hadhrat Sayyidina ‘Ali Ibni
Abi Talib Radhiyallahu ‘Anhuma telah menghidupkan perhimpunan jemaah-jemaah dimana upacara
Bai’ah dilakukan dan majlis-majlis zikir pun turut diadakan.
Tariqat menurut pengertian bahasa bererti
jalan, aliran, cara, garis, kedudukan tokoh terkemuka, keyakinan, mazhab,
sistem kepercayaan dan agama. Berasaskan tiga huruf iaitu huruf Ta, Ra dan Qaf.
Ada Masyaikh yang menyatakan bahawa huruf Ta bererti Taubat, Ra bererti Redha
dan Qaf bererti Qana’ah. Lafaz jamak bagi Tariqat ialah Taraiq atau Turuq yang
bererti tenunan dari bulu yang berukuran 4 hingga 8 hasta dan dipertautkan
sehelai demi sehelai. Tariqat juga bererti garisan pada sesuatu seperti
garis-garis yang terdapat pada telur dan menurut Al-Laits Rahmatullah ‘alaih,
Tariqat ialah tiap garis di atas tanah, atau pada jenis-jenis pakaian.
Menurut Harun Nasution menyatakan tarekat
berasal dari kata “ Thariqoh” yaitu jalan yang harus ditempuh oleh
seorang sufi dalam tujuannya untuk berada didekat tuhan dengan menyucikan diri,
pada kelanjutannya membentuk sebuah organisasi. dan setiap tarekat mempunyai
syekh, upacara ritual dan bentuk dzkir tersendiri.
Menurut L. massignon, bahwa tarekat mempunyai
dua pengertian. Pertama, pendidikan kerohanian yang dilakukan oleh
orang-orang yang telah menempuh kehidupan tasawuf, untuk mencapai suatu
tingkatan kerohanian, yang disebut maqamat dan ahwal. Pengertian
ini menonjol ketika abad 9 dan 10 Masehi. Kedua, tarekat adalah sebuah perkumpulan yang
didirikan menurut peraturan sang syekh yang menganut paham aliran tertentu, di
perkumpulan itulah sang Syekh mengamalkan aliran yang dianutnya
bersama-sama murid-muridnya. Pengertian ini menonjol ketika abad 12
Masehi
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tarekat
mempunyai dua pengertian. Pertama, tarekat berarti metode dan
jalan pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam rangka memdekatkan
terhadap Tuhan. Kedua, perkumpulan persaudaraan para sufi yang
membentuk organisasi yang ditandai dengan lembaga tertentu seperti zawiyah,
ribath dan Khanaqah.
Sebuah tarekat biasanya terdiri dari penyucian
batin, kekeluargaan tarekat, upacara keagamaan, dan kesadaran sosial. Penyucian
batin melalui latihan rohani dengan hidup zuhud, menghilangkan sifat-sifat
jelek, mengisi sifat terpuji, taat atas perintah agama, menjauhi larangan,
taubat atas segala dosa dan muhasabah introspeksi terhadap semua amal pribadi.
Kekeluargaan tarekat biasanya terdiri dari syaih tarekat, syaikh mursyid
(khalifahnya), mursyid sebagai guru tarekat, murid dan pengikut tarekat, serta
ribath (zawiyah) tempat latihan, kitab-kitab, system dan metode zikir. Upacra
keagamaan bisa berupa baiat, ijarah atau khirqah, silsilah, latihan-latihan,
amalan-amalan tarekat, talqin, wasiat yang diberikan dan dialihkan seorang
syaikh tarekat kepada murid-muridnya (Abu Bakar dalam Sri Mulyati,2004: 9).
- HUBUNGAN TAREKAT DENGAN TASAWUF
Didalam
ilmu tasawuf, istilah tarekat tidak saja ditujukan kepada aturan dan cara-cara
tertentu yang digunakan oleh seorang syekh tarekat dan bukan pula terhadap
kelompok yang menjadi pengikut salah seorang syekh tarekat, tetapi meliputi
segala aspek ajaran yang ada didalam agama Islam, seperti shalat, puasa, zakat,
haji, dan sebagainya, yang semua itu merupakan jalan atau cara mendekatkan diri
kepada Allah.
Sebagaimana
telah diketahui bahwa tasawuf itu secara umum adalah usaha mendekatkan diri
kepada Allah dengan sedekat mungkin, melalui penyesuaian rohani dan
memperbanyak ibadah. Usaha mendekatkan diri ini biasanya dilakukan dibawah
bimbimngan seoang guru atau syekh. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat adalah
cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada
Allah. Gambaran ini menunjukkan bahwa tarekat adalah tasawuf yang terlah
berkembang dengan beberapa variasi tertentu, sesuai dengan spesifikasi yang
diberikan seorang guru kepada muridnya.
- SEJARAH MUNCULNYA TAREKAT
Peralihan
tasawuf yang bersifat personal pada tarekat yang bersifat lembaga tidak
terlepas dari perkembangan dan perluasan tasawuf itu sendiri. Semakin luas
pengaruh tasawuf, semakin banyak pula orang berhasrat mempelajarinya.
Seorang
guru tasawuf biasanya memformulasikan suatu sistem pengajaran tasawuf
berdasarkan pengalamannya sendiri. Sistem pengajaran itulah yang kemidian
menjadi ciri khas bagi suatu tarekat yang membedakannya dari tarekat yang lain. Tarekat adalah
organisai dari pengikut sufi-sufi besar. Mereka mendirikan organisasi-organisasi
untuk melestarikan ajaran-ajaran tasawuf gurunya. Maka timbullah tarekat.
Tarekat ini memakai suatu tempat pusat kegiatan yang disebbut ribat (disebut
juga zawiyah, hangkah atau pekir).
Teori
lain sejarah kemunculan tarekat dikemukakan oleh Jhon O. Voll. Ia mejelaskan
bahwa penjelasan mistis terhadap Islam muncul sejak awal sejarah islam, dan
para sufi yang mengembangkan jalan-jalan spiritual personal mereka dengan
melibatkan praktik-praktik ibadah, pembacaan kitab suci, dan kepustkaan tentang
keshalehan. Para sufi ini kadang-kadang terlibat konflik dengan
otoritas-otoritas dalam komunitas islam dan memberikan alternatif terhadap
orientasi yang lebih bersifat legalistik, yang disampaikan oleh kebanyakan
ulama. Namun, para sufi secara bertahap menjadi figur-figur penting dalam
kehidupan keagamaan dikalangan penduduk awam dan mulai mengumpulkan
kelompok-kelompok pengikut diidentifikasi dan diikat bersama oleh jalan taswuf
khusus (tarekat) sang guru. Mejelang abad ke-12 M (ke-5 H), jalan-jalan ini
mulai menyediakan basis bagi kepengikutan yang lebih permanen, dan
tarekat-tarekat sufi pun muncul sebagai organisasi sosial utama dalam komunitas
islam.
Pada
awal kemunculannya, tarekat berkembang dari dua daerah, yaitu Khurasan (Iran)
dan Mesopotamia (Irak). Pada priode ini mulai timbul beberapa, diantaranya
tarekat Yasafiah yang didirikan oleh Ahmad al-Yasafi (w. 562 H/1169 M), tarekat
Khawajagawiyah yang disponsori oleh Abd al-Khaliq al-Ghzudawani (w. 617 H/1220
M), tarekat Naksabandiyah, yang didirikan oleh Muhammad Bahauddin an-Naksabandi
al-Awisi al-Bukhari (w. 1389 M) di Turkistan, tarekat Khalwatiyah yang
didirikan oleh Umar al-Khalwati (w. 1397 M). Karena banyaknya cabang-cabang
tarekat yang timbul dari tiap-tiap tarekat induk, sangat sulit untuk menelusuri
sejarah perkembangan tarekat itu se cara sistematis dan konsepsional. Akan
tetapi yang jelas sesuai dengan penjelasan Harun Nasution, cabang-cabang itu
muncul sebagai akibat tersebarnya alumni suatu tarekat yang mendapat ijazah
tarekat dari gurunya untuk membuka perguruan baru sebagai perluasan dari ilmu
yang diperolehnya. Alumni tadi meninggalkan ribat gurunya dan membuka ribat
baru didaerah lain. Dengan cara ini, dari satu ribat induk kemudian
timbul ribat cabang tumbuh ribat ranting dan seterusnya, samapi
tarekat itu berkembang keberbagai dunia islam. Namun, ribat-ribat
tersebut tetap mempunyai ikatan kerohanian, ketaatan, dan amalan-amalan yang
sama dengan syekhnya yang pertama.
Dalam
seluruh tarekat terdapat kegiatan ritual sentral yang melibatkan
pertemuan-pertemuan kelompok secara teratur untuk melakukan pembacaan do’a,
syair dan ayat-ayat pilihan dari Al-Qur’an.
- ALIRAN-ALIRAN TAREKAT DALAM ISLAM
- Tarekat Qadiriyah
Qadiriyah
didirikan oleh Abd Al-Qadir Jailani [470/1077-561/1166] atau quthb al-awiya.
Ciri khas dari Tarekat Qadiriyah ini adalah sifatnya yang luwes,tidak sempit
sehingga tuan syekh atau Syekh Mursyid yang baru dapat menentukan langkahnya
menuju kehadirat Allah SWT guna mendapat keridlaan-Nya. Keluwesan dan
kemandirian inilah, yang menyebabkan tarekat ini cepat berkembang di sebagian
besar dunia Islam. Terutama di Turki, Yaman, Mesir, India, Suria, Afrika dan
termasuk ke Indonesia.
2. Syadziliyah
Tarekat
Syadziliyah didirikan oleh Abu Al-Hasan Asy-Syadzili [593/1196-656/1258].
Syadziliyah menyebar luas di sebagian besar Dunia Muslim. Ia diwakili di Afrika
Utara teerutama oleh cabang-cabang Fasiyah dan Darqawiyah serta berkembang
pesat di Mesir, tempat 14 cabangnya dikenal secara resmi pada tahun 1985.
- Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat
Naqsabandiyah didirikan oleh Muhammad Bahauddin An-Naqsabandi Al-Awisi
Al-Bukhari [w. 1389M] di Turkistan. Tarekat ini mempunyai dampak dan pengaruh
sangat besar kepada masyarakat muslim di berbagai wilayah yang berbeda-beda.
Tarekat ini pertama kali berdiri di Asia Tengah, kemudian meluas ke Turki,
Suriah, Afganistan, dan India. Cirri menonjol Tarekat Naksabandiyah adalah :
Pertama, mengikuti syariat secara ketat, keseriusan dalam beribadah yang
menyebabkan penolakan terhadap musik dan tari, dan lebih menyukai berdzikir
dalam hati. Kedua, upaya yang serius dalam memengaruhi kehidupan dan pemikiran
golongan penguasa serta mendekati Negara pada agama.
- Tarekat Yasafiyah dan Khawajagawiyah
Tarekat Yasafiyah
didirikan oleh Ahmad Al-Yasafi [w. 562H/1169M] dan disusul tarekat Khawajagawiyah
yang disponsori oleh Abd Al-Khaliq Al-Ghuzdawani [w. 617 H/1220 M]. kedua
tarekat ini menganut paham tasawuf Abu Yazid Al-Bustami [w. 425 H/1034 M] dan
dilanjutkan oleh Abu Al-Farmadhi [w. 477 H/1084 M]. Tarekat Yasafiyah
berkembang ke berbagai daerah, antara lain ke Turki.
- Tarekat Khalwatiyah
Tarekat
ini didirikan oleh Umar Al-Khalatawi [w. 1397 M] dan merupakan salah satu
tarekat yang berkembang di berbagai negeri, seperti Turki, Syiria, Mesir,
Hijaz, dan Yaman. Di Mesir, tarekat Khalwatiyah didirikan oleh Ibrahim
Gulsheini [w. 940 H/1534 M] yang kemudian terbagi kepada beberapa cabang,
antara lain tarekat Sammaniyah yang didirikan oleh Muhammad bin Abd
Al-Karim As-Samani [1718-1775].
- Tarekat Syatariyah
Tarekat
ini didirikan oleh Abdullah bin Syattar [w. 1485] dari India. Tarekat ini tidak
mementingkan shalat lima waktu, tetapi mementingkan shalat permanen [shalat
dhaim]. Adapun dasar tarekat ini adalah martabat tujuh yang sebenarnya
tidak begitu erat hubungannya dengan praktik ritualnya.
- Tarekat Rifa’iyah
Tarekat
ini didirikan oleh Ahmad bin Ali ar-Rifa’I [1106-1182]. Tarekat sufi Sunni ini
memainkan peranan penting dalam pelembagaan sufisme. Dari segala praktik kaum
Rifa’iyah, dzikir mereka yang khas patut dicatat.
- Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah
Tarekat
ini merupakan gabungan dari dua ajaran tarekat, yaitu Qadiriyah dan Naqsabandiyah.
Tarekat ini didirikan oleh Ahmad Khatib Sambas yang bermukim dan mengajar di
Mekkah pada pertengahan abad ke-19. Tarekat ini merupakan yang paling
berpengaruh dan tersebar secara melua di Jawa saat ini.
- Tarekat Sammaniyah
Tarekat
ini didirikan oleh Muhammad bin ‘Abd Al-Karim Al-Madani Asy-Syafi’I As- Samman
[1130-1189/1718-1775]. Hal menarik dari tarekat ini yang menjadi ciri khasnya
adalah corak wahdat al-wujud yang dianut dan syathahat yang
terucap olehnya tidak bertentangan dengan syariat.
- Tarekat Tijaniyah
Tarekat
Tijaniyah didirikan oleh Syekh Ahmad bin Muhammad At-Tijani [1150-1230
H/1737-1815 M]. Bentuk amalan tarekat Tijaniyah terdiri dari dua jenis,yaitu wirid
wajibah dan wirid ikhtiyariyah.
- Tarekat Chistiyah
Chistiyah
adalah salah satu tarekat sufi utama di Asia Selatan. Tarekat ini meyebar
ke seluruh kawasan yang kini merupakan wilayah India, Pakista dan Banglades.
Namun, tarekat ini hanya terkenal di India. Pendiri tarekat ini di India adalah
Khwajah Mu’in Ad-Din Hasan, yang lebih populer dengan panggilan Mu’in Ad-Din
Chisti.
- Tarekat Mawlawiyah
Nama Mawlawiyah
berasal dari kata “mawlana” [guru kami], yaitu gelar yang diberikan
murid-muridnya kepada Muhammad Jalal Ad-Din Ar-Rumi [w. 1273]. Oleh karena itu,
Rumi adalah pendiri tarekat ini, yang didirikan sekitar 15 tahun terakhir hidup
Rumi. Salah satu mursyid sekaligus wakil yang terkenal secara
internasional dari tarekat ini adalah Syekh Al-Kabir Helminski yang bermarkas
di California, Amerika Serikat.
- Tarekat Ni’matullahi
Tarekat
Ni’matullahi adalah suatu mazhab sufi Persia yang segera setelah berdirinya dan
mulai berjaya pada abad ke-8-14 mengalihkan loyalitasnya kepada Syi’I Islam. Tarekat
ini didirikan oleh Syekh Ni’matullahi Wal. Tarekat ini secara khusus menekankan
pengabdian dalam pondok sufi itu sendiri.
- Tarekat Sanusiyah
Tarekat
ini didirikan oleh Sayyid Muhammad bin ‘Ali As-Sanusi. Dalam tarekat ini,
dzikir bisa dilakukan bersama-sama atau sendirian. Tujuan dzikir itu lebih
dimaksudkan untuk “melihat Nabi” ketimbang “melihat Tuhan”, sehingga tidak
dikenal “keadaan ekstatis”’ sebagaimana yang ada pada tarekat lain.
- Tarekat Akmaliyah [Hakmiyah]
Didirikan
oleh Kyai Nurhakim. Ia dikenal sebagai dukun dan tukang jimat.
- Tarekat Shiddiqiyah
Didirikan oleh Kyai
Mukhtar Mukti di Losari Plodo [Jombang] pada tahun 1958. Ia dikenal sebagai
dukun yang sakti sehingga banyak pengikutnya dari kalangan penderita penyakit
kronis dan bekas pecandu minuman.
- Tarekat Wahidiyah
Didirikan oleh Kyai Majid
Ma’ruf dari Kedunglo[Kediri] pada tahun 1963.
Tarekat-tarekat yang
ajaran-ajarannya sesuai dengan doktrin Islam [Al-Qur’an dan AsSunnah]
dikelompokkan ke dalam tarekat yang muktabarah. Sebaliknya,
tarekat-tarekat yang ajaran-ajarannya bertentangan dengan doktrin Islam
dikelompokkan ke dalam tarekat ghair muktabarah. Menurut Syekh
Jalaluddin sebagaimana dikutip ole Aboe Bakar Atjeh, ada 41 jenis tarekat yang
masuk ke dalam tarekat muktabarah, diantaranya Qadiriyah,
Naqsabandiyah, Syadziliyah, Rifa’iyah, Qubrawiyah, Suhrawardiyah, Khalwatiyah,
Alawiyah, Syatariyah, Aidrusiyah, Sammaniyah, dan Sanusiyah. Di luar yang
41 macam tersebut dipandang sebagai tarekat ghair muktabarah yang tidak
diakui kebenarannya seperti tarekat Akmaliyah, Siddiqiyah, dan Wahidiyah.
Walaupun bermacam-macam,
ternyatatarekat-tarekat yang beragam itu memiliki kesamaan tertentu. Dalam
kaitan ini, Nicholson mengungkapkan hasil penelitiannya, bahwa sistem hidup
bersih dan bersahaja [zuhd] adalah dasar semua tarekat yang berbeda-beda
itu. Semua pengikut dididik dalam disipin itu, dan pada umumnya tarekat-tarekat
tersebut walupun beragam namanya dan metodenya ada cirri yang menyamakannya.
Dari sisem dan metode
tersebut, Nicholson menyimpulkan bahwa tarekat-tarekat sufi merupakan bentuk
kelembagaan yang terorganisasi untuk membina suatu pendidikan moral dan
solidaritas social. Sasaran akhir dari pembinaan pribadi dalam pola hidup
bertasawuf adalah hidup bersih, bersahaja, tekun beribadah kepada Allah,
membimbing masyarakat ke arah yang diridai Allah, dengan jalan pengamalan
syariat dan penghayatan haqiqah dalam sistem/metode thariqah untuk mencapai
makrifat. Apa yang dimaksud dengan makrifat dalam tema mereka adalah
penghayatan puncak pengenalan keesaan Allah dalam wujud semesta dan wujud
dirinya sendiri. Pada titik pengenalan ini akan terpadu makna tawakkal dalam
tauhid, yang melahirkan sikap pasrah total kepada Allah, dan melepaskan dirinya
dari ketergantungan mutlak kepada sesuatu selain Allah.
BAB III
KESIMPULAN
Tarekat adalah
perjalanan seorang salik (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara mensucikan
diri atau perjalanan yang harus ditempuh secara rohani, maknawi oleh seseorang
untuk dapat mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Allah SWT. Munculnya tarekot juga tak lepas dari ajaran
seorang sufisme yang selalu memberikan pencerahan-pencarahan berupa ilmu
tasawuf yang diman ilmu ini mengajarkan kita u tuk selalu menyuciakn diri dan
mendekatkan diri kepada allah.
Dalam perkembangannya tarekot mempunyai banyak
istilah yang diaman istilah tersebut diambil
dari sebuah organisasi dan pendirinya diantara tarekot-tarekot tersebut
adalah :Tarekat Qadiriyah, Tarekat
Syadziliyah, Tarekat
Naqsabandiyah, Tarekat
Yasafiyah dan Khawajagawiyah, Tarekat
Khalwatiyah, Tarekat
Syatariyah, Tarekat Rifa’iyah, Tarekat Qadiriyah wa
Naqsabandiyah, Tarekat
Sammaniyah, Tarekat Tijaniyah, Tarekat Chistiyah, Tarekat Mawlawiyah, Tarekat Ni’matullahi, Tarekat Sanusiyah
DAFTAR PUSTAKA
Harun Nasution, “Perkembangan
Ilmu Tasawuf di Dunia Islam ” Dalam Orientasi Pengembangan Ilmu Tasawuf,
Proyek Pembinaan Prasarana Dan Saran Perguruan Tinggi Agama Islam/IAIN di
Jakarta Ditb. baga Depag RI, 1986,
Moh. Ardani, “ Tarekat
Syadziliyah : Terkenal dengan Variasi Hizb-nya “, dalam Sri Mulyati (et.al ),
Tarekat-Tarekat…., hlm.57.
0 komentar:
Posting Komentar