TRANSLATE THIS BLOG

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sabtu, 22 Desember 2012

PENTINGNYA MEMBANGUN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER

PENTINGNYA MEMBANGUN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER

A.    HADITS PENDIDIKAN KARAKTER

Pada dasarnya manusia dilahirkan memiliki karakter yang fitrah, yaitu manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan membawa sejumlah potensi untuk hidup selanjutnya di permukaan bumi. Salah satu potensi itu adalah fitrah bertuhan. Rasulullah SAW bersabda :

  كل مو لد يو لد علئ الفتر ة (روه البخا رى و مسلم )

Artinya : setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah .(HR. Bukhari dan Muslim).



Sejalan dengan hadits Rasulullah SAW tersebut, Allah juga menegaskan bahwa setiap jiwa manusia telah berjanji untuk beriman kepada-Nya. Firman Allah SWT :

Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. ... (QS. Al-A’raf: 172)

Namun persoalnnya adalah fitrah manusia tidak selamanya dapat dijaga sehingga setiap Muslim dapat menjadi pribadi yang bersih dan jujur serta berakhlak karimah.  Kemurnian fitrah manusia dapat dengan mudah terkontaminasi oleh pengalaman yang diterima dari lingkungannya baik lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, bahkan sistem yang mendukung seseorang menjadi pribadi yang kehilangan karakternya.

Pribadi-pribadi yang kehilangan fitrahnya akan membentuk komunitas yang tidak berkarakter, mereka akan menjadi masyarakat jahiliyah yang cenderung plagiasi atau serba ikut-ikutan, liar, tidak santun, suka menyakiti antara satu sama lain, bahkan yang berlaku adalah hukum rimba.

Dalam konteks seperti itulah Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW kepada orang-orang jahiliyah yang hidupnya hanya mengikuti nenek moyang mereka yang tersesat dan menyembah berhala.

Rasulullah SAW mulai mengubah karakter jahiliyah masyarakat Arab waktu itu dengan meluruskan ideologi atau keyakinannya. Rasulullah meluruskan kemusyrikan mereka dengan paradigma tauhid, yaitu meyakini bahwa hanya ada satu Tuhan yang berhak disembah dan menjadi tujuan hidup seluruh manusia di muka bumi. Karakter tauhid inilah yang menjadi landasan pendidikan karakter yang diajarkan oleh Rasulullah dalam seluruh ajaran-ajarannya.

Dengan demikian, dalam konteks realitas kehidupan kita maka pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang turut mendukung pembentukan karakter yang disyaratkan dalam agama Islam. Logikanya adalah jika pendidikan yang diterima generasi kita dibangun atas dasar ideologi denonisme yang berorientasi hanya untuk keduniaan semata, maka akan melahirkan generasi yang suka foya-foya, hidup dalam gemerlap kesenangan semata tanpa mengindahkan bahwa setelah hidup di dunia akan ada kehidupan akhirat yang menuntut pertanggungjawaban kita selama hidup di dunia.

Syariat atau aturan serta undang-undang tidak serta merta diterapkan oleh Rasulullah SAW. Undang-undang atau sistem yang tidak dilandasi oleh ideologi atau paradigma yang lurus pasti tidak efektif. Oleh sebab itu Rasulullah SAW baru mendirikan suatu komunitas setelah beliau mampu mendidik generasi Muhajirin dan Anshar yang berkarakter di Madinah. Spirit ini juga yang tengah diusung oleh Kementerian Agama melalui pendidikan Agama dan Keagamaan yang dilaksanakan di Madrasah, pondok pesantren, majelis ta’lim, TK/TPA baik yang dilaksanakan secara formal maupun informal dalam membentuk karakter anak bangsa yang berlandaskan tauhid. Untuk itu dengan sistem pendidikan nasional yang tidak lagi mendiskriminasikan pendidikan agama serta memosisikan pendidikan agama sebagai satu-kesatuan dalam sistem pendidikan nasional, maka saatnya kita bangun pendidikan agama dan keagamaan dengan menyekolahkan putra-putri kita ke madrasah, pondok pesantren dan sekolah-sekolah agama lainnya baik tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi seperti Raudhatul Athfal, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, hingga PTAIN dan atau PTAIS.

Beranjak dari itu, maka pendidikan karakter merupakan langkah awal untuk terwujudnya masyarakat yang beradab dan bermartabat. Dalam perspektif ini, maka pendidikan karakter yang terpenting adalah pendidikan moral dan etika. Rasulullah SAW sendiri menegaskan hal itu dalam sabdanya :

انما بعثت لا تمم ما كريم الا خلاق (رواه الحمد)

Artinya : Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak karimah (HR. Ahmad).

Berdasarkan hadits di atas, maka menumbuhkan kembali akhlak karimah haruslah menjadi kompetensi dalam proses pendidikan karakter setiap masyarakat dan bangsa.

Strategi Rasulullah SAW tersebut patut dijadikan teladan oleh masyarakat dan bangsa kita. Tanpa paradigma yang tepat dalam membangun masyarakat bangsa tentang hidup dan tujuannya, maka undang-undang dan sistem apapun yang dibuat akan menjadi sia-sia belaka. Kita semestinya mampu menjaga kemurnian karakter, meluruskannya jika salah, membentuk sistem yang tidak merusaknya, serta mengawasinya dengan sebaik-baiknya.

Mudah-mudahan masyarakat dan bangsa kita mampu meneladani apa yang dicontohkan oleh Rasulullah  SAW, dengan semakin aktif dan kreatif, serta bersungguh-sungguh membangun pendidikan yang berbasis moral dan etika dengan memperkuat pembangunan pendidikan pada madrasah dan pondok pesantren mulai dari tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Karena dengan moral yang baik dan etika yang berlandaskan ideologi yang benar akan membentuk komunitas masyarakt bangsa yang rahmatan lil alamin.

B.     URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.

Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.

Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat itu, juga pernah dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni; intelligence plus character... that is the goal of true education (kecerdasan yang berkarakter... adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).

1.      Memahami Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.

Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain. Sedangkan menurut Imam Ghazali karakter adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melakukan pertimbangan fikiran. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Membentuk karakter tidak semudah memberi nasihat, tidak semudah member instruksi, tetapi memerlukan kesabaran, pembiasaan dan pengulangan, sebagaimana yang dinyatakan dalam hadits yang telah dikutip sebelumnya:

“Ilmu diperoleh dengan belajar, dan sifat santun diperoleh dengan latihan menjadi santun.” (HR Bukhari)

Sehingga proses pendidikan karakter merupakan keseluruhan proses pendidikan yang dialami peserta didik sebagai pengalaman pembentukan kepribadian melalui memahami dan mengalami sendiri nilai-nilai, keutamaan-keutamaan moral, nilai-nilai ideal agama, nilai-nilai moral.

Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.

Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua, kemandirian dan tanggungjawab; ketiga, kejujuran/amanah, diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima, dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati, dan; kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

kesembilan pilar karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Knowing the good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the good harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi engine yang bisa membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan. Sehingga tumbuh kesadaran bahwa, orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan, maka acting the good itu berubah menjadi kebiasaan.

Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age), karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.

Namun bagi sebagian keluarga, barangkali proses pendidikan karakter yang sistematis di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak pada rutinitas yang padat. Karena itu, seyogyanya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk dalam lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak. Di sinilah peran guru, yang dalam filosofi Jawa disebut digugu lan ditiru, dipertaruhkan. Karena guru adalah ujung tombak di kelas, yang berhadapan langsung dengan peserta didik.

2.      Dampak Pendidikan Karakter

Apa dampak pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik? Beberapa penelitian bermunculan untuk menjawab pertanyaan ini. Ringkasan dari beberapa penemuan penting mengenai hal ini diterbitkan oleh sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Partnership.

Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.

Sebuah buku yang berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.

Hal itu sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.

Beberapa negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak pendidikan dasar di antaranya adalah; Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Hasil penelitian di negara-negara ini menyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis berdampak positif pada pencapaian akademis.

Seiring sosialisasi tentang relevansi pendidikan karakter ini, semoga dalam waktu dekat tiap sekolah bisa segera menerapkannya, agar nantinya lahir generasi bangsa yang selain cerdas juga berkarakter sesuai nilai-nilai luhur bangsa dan agama.

C.    PERAN SEKOLAH

“FithrataLlahil latii fatharan naasa ‘alaiha. Laa tabdiila likhalqiLlah.”

“…(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah…” (Ar Rum:30)

“Ilmu diperoleh dengan belajar, dan sifat santun diperoleh dengan latihan menjadi santun.” (HR Bukhari)

Pendidikan menurut Pasal 1 Butir 1 UU 20/2003: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”

1.      Pendidikan Karakter Pada Sekolah Islam Terpadu (Sit)

Sekolah Islam Terpadu menjadikan pendidikan karakter sebagai pilar utama dalam proses penyelenggaraannya. Oleh karena itu, SIT mengembangkan prinsip-prinsip pendidikan sebagai berikut:

a.         Menjadikan Islam sebagai landasan filosofis.

b.         Mengintegrasikan nilai Islam ke dalam bangunan kurikulum.

c.         Menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran untuk mencapai optimalisasi proses belajar mengajar.

d.        Mengedepankan qudwah hasanah dalam membentuk karakter peserta didik.

e.         Menumbuhkan biah solihah dalam iklim dan lingkungan sekolah: menumbuhkan kemaslahatan dan meniadakan kemaksiatan dan kemungkaran.

f.          Melibatkan peran-serta orangtua dan masyarakat dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan.

g.         Mengutamakan nilai ukhuwwah dalam semua interaksi antar warga sekolah.

h.         Membangun budaya rawat, resik, rapih, runut, ringkas, sehat dan asri.

i.           Menjamin seluruh proses kegiatan sekolah untuk selalu berorientasi pada mutu.

j.           Menumbuhkan budaya profesionalisme

2.      Nilai-nilai Islam menjadi inspirasi dan sekaligus pemandu utama dalam penyelenggaraan pendidikan di SIT. SIT meyakini bahwa pendidikan Islam akan mampu:

a.         Membentuk sikap dan kepribadian yang kuat berdasarkan prinsip-prinsip nilai keilahiyahan. Dengan aqidah yang benar, seorang muslim akan mampu menunjukkan sikapnya yang tegar, tsabat, istiqomah dan selalu berfihak dan membela al Haq.

b.         Memompa semangat keilmuan dan karya. Islam mengajarkan pemeluknya untuk selalu berfikir dan berkarya. Doktrin Islam adalah: ”sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling memberi manfaat bagi orang lain”

c.         Membangun karakter/pribadi yang saleh : selalu menegakkan nilai-nilai dan praktek ibadah. Pendidikan agama Islam mendidik dan mendisiplinkan pemeluknya untuk selalu taat beribadah kepada Allah SWT. Dengan perilaku ibadah yang bersih, niscaya akan terbentuk karakter muttaqien, selalu menjauhi perilaku negatif dan destruktif

d.        Membangun Sikap Peduli: Islam selalu mengajarkan sikap peduli kepada orang lain, hewan dan lingkungan. Sikap peduli akan melahirkan sikap yang selalu membangun dan memecahkan segala permasalahan sosial.

e.         Membentuk pandangan yang visioner, berfikir, bekerja dan bertindak untuk kepentingan masa depan.

D.    BAGAIMANA MENERAPKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH?

Menurut Ratna Megawangi, Founder Indonesia Heritage Foundation, ada tiga tahap pembentukan karakter:

1.         MORAL KNOWING : Memahamkan dengan baik pada anak tentang arti kebaikan. Mengapa harus berperilaku baik. Untuk apa berperilaku baik. Dan apa manfaat berperilaku baik

2.         MORAL FEELING : Membangun kecintaan berperilaku baik pada anak yang akan menjadi sumber energi anak untuk berperilaku baik. Membentuk karakter adalah dengan cara menumbuhkannya.

3.         MORAL ACTION : Bagaimana membuat pengetahuan moral menjadi tindakan nyata. Moral action ini merupakan outcome dari dua tahap sebelumnya dan harus dilakukan berulang-ulang agar menjadi moral behavior

Dengan tiga tahapan ini, proses pembentukan karakter akan jauh dari kesan dan praktik doktrinasi yang menekan, justru sebaliknya, siswa akan mencintai berbuat baik karena dorongan internal dari dalam dirinya sendiri.

Masih menurut Indonesia Heritage Foundation, ada 9 pilar karakter yang harus ditumbuhkan dalam diri anak:

1.    Cinta Allah, dg segenap ciptaanNya

2.    Kemandirian ,tanggung jawab

3.    Kejujuran, bijaksana

4.    Hormat, santun

5.    Dermawan, suka menolong, gotong royong

6.    Percaya diri, kreatif, bekerja keras

7.    Kepemimpinan, keadilan

8.    Baik hati, rendah hati

9.    Toleransi, Kedamaian, kesatuan

E.     TIPS UNTUK MENERAPKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

Berikut adalah tips untuk sukses menerapkan pendidikan berbasis karakter di sekolah:

1.      Memiliki nilai-nilai yang dianut dan disampaikan kepada seluruh stake holder sekolah melalui berbagai media : buku panduan untuk orang tua (dan siswa), news untuk orang tua, pelatihan.

2.      Staf pengajar dan administrasi termasuk tenaga kebersihan dan keamanan mendiskusikan nilai-nilai yang dianut, Nilai-nilai ini merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang diyakini sekolah.

3.      Siswa dan guru mengembangkan nilai-nilai yang dianut di kelas masing-masing.

4.      Memberikan dilema-dilema dalam mengajarkan suatu nilai, misalnya tentang kejujuran.

5.      Pembiasaan penerapan nilai di setiap kesempatan

6.      Mendiskusikan masalah yang terjadi apabila ada pelanggaran

7.      Mendiskusikan masalah dengan orang tua apabila masalah dengan anak adalah masalah besar atau masalahnya tidak selesai

Dari semua komponen sekolah, yang paling berperan mensukseskan program pendidikan berbasis karakter di sekolah, adalah GURU. Tentunya diperlukan GURU BERKARAKTER untuk menghasilkan SISWA BERKARAKTER. Meski diperlukan kesabaran dan ketekunan, menghasilkan anak didik yang berakhlak dan berkarakter baik tentunya sangat membahagiakan, karena menjadi penyebab seseorang mendapatkan kebaikan itu lebih baik dari dunia dan seisinya!









BAB III

KESIMPULAN

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengacu kepada budi pekerti yang sopan, baik serta tingkah laku yang terpuji.namun setiap individu tidak dapat mempertahankan kefitrahannya sehingga kefitrahannya bertabur sifat-sifat buruk. Padahal ketika dia lahir kebumi ini dia memegang jabatan fitrah insyani yang benar-benar fitrah jauh dari prilaku buruk namun itu semua pengaruh dari faktor internal maupun ekternal.

Maka dari pada itu sebuah gebragan baru menjujung tinggi pendidikan yang berkarakter tujuannya adalah membawa insani yang fitrah menjadi insani yang benar-benar fitrah dan mempertahankannya untuk tetap fitrah, sehingga prilaku yang dia miliki menjadi cermin kehidupan.

























DAFTAR PUSTAKA

Azizy, Qodri. 2002. Pendidikan Agama untuk Membangun Etika Sosial, Mendidik anak sukses Masa depan, Pandai dan Bermanfaat. Semarang Aneka Ilmu

                              .2009. jurus-jurus belajar efektif untuk SMP dan SMA, Belajar Efektif Tidak Harus Lelah dan Membosankan. Yogyakarta: DIVA Press

Johnson, Elaine B. 2009. Contextual teching and learning, Menjadikan Kegiatan Belajar mengajar mengasyikan dan Bermakna. Bandung : MLC

http://pendidikankarakter.org/index.php?news&nid=2

http://www.jsit.web.id/index.php?option=com_content&view=article&id=58:pbk&catid=35:dpm&Itemid=57

MUHAMAD RAIS, M. Pd.I (Dosen STAIS Bumi Silampari.) Tentang Hadits Pendidikan Yang Berkarakter

http://beritaartikelterbaru.blogspot.com/2011/05/pendidikan-karakter-dan-pengertian.html

0 komentar:

Posting Komentar

Translate

Jalanku Untuk-MU