-->
A. Pemikiran
Pendidikan Islam Menurut KH. Hasyim Asy’ari
Untuk menuangkan pemikirannya
tentang pendidikan islam, KH. Hasyim Asy’ari telah merangkum sebuah kitab
karangannya yang berjudul “Muta’allim Fima Yahtaj Ilah Al-Muta’alim Fi Ahual
Muta’allum Wa Yataqaff Al-Mu’allim Fi Maqamat Ta’limah” . Dalam
kitab tersebut beliau merangkum pemikirannya tentang pendidikan Islam kedalam
delapan poin, yaitu :
1. Keutamaan ilmu dan keutamaan belajar
mengajar
2. Etika yang harus diperhatikan dalam
belajar mengajar
3. Etika seorang murid kepada guru
4. Etika seorang murid terhadap
pelajaran dan hal-hal yang harus dipedomi berasama guru
5. Etika yang harus dipedomi seorang
guru
6. Etika guru ketika dan akan mengajar
7. Etika guru terhadap murid-murid nya
8. Etika terhadap buku, alat untuk
memperoleh pelajaran dan hal-hal yang berkaitannya dengannya.
Dari delapan pokok pemikiran di atas, Hasyim Asy’ari
membaginya kembali kedalam tiga kelompok, yaitu :
1. Signifikansi Pendidikan
2. Tugas dan tanggung jawab seorang
murid
3. Tugas dan tanggung jawab seorang
guru.
Pada dasarnya, ketiga kelompok pemikiran tersebut adalah
hasil integralisasi dari delapan pokok pendidikan yang dituangkan oleh KH.
Hasyim Asy’ari.
1.
Sigifikansi Pendidikan
Dalam
membahas masalah ini, KH.Hasyim Asy’ari mengorientasikan pendapatnya
berdasarkan alwur’an dan Al-Hadits. Sebagai contohnya ialah beliau mengambil
pemikiran pendidikan tentang keutamaan menuntut ilmu dan keutamaan bagi yang
menuntut ilmu dari surat Al-Mujadilah ayat 11 yang kemudian beliau uraikan
secara singkat dan jelas. Misalnya beliau menyebutkan bahwa keutamaan yang
paling utama dalam menuntut ilmu adalah mengamalkan apa yang telah dituntut.
Secara langsung beliau akan menjelaskan maksud dari perkataan itu, yaitu agar
seseorang tidak melupakan ilmu yang telah dimilikinya dan bermanfaat bagi
kehidupannya di akherat kelak.
KH. Hasyim
Asy’ari menyebutkan bahwa dalam menuntut ilmu harus memperhatikan dua hal pokok
selain dari keimanan dan tauhid. Dua hal pokok tersebut adalah :
1. bagi seorang peserta didik hendaknya
ia memiliki niat yang suci untuk menuntut ilmu, jangan sekali-kali berniat
untuk hal-hal yang bersifat duniawi dan jangan melecehkan atau menyepelekannya
2. bagi guru dalam mengajarkan
ilmu hendaknya meluruskan niatnya terlebih dahulu tidak semata-mata hanya
mengharapkan materi, disamping itu hendaknya apa yang diajarkan sesuai dengan
apa yang diperbuat.
Hasyim Asy’ari juga menekankan bahwa belajar bukanlah
semata-mata hanya untuk menghilangkan kebodohan, namun untuk mencari ridho
Allah yang mengantarkan manusia untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan
akherat. Kareba itu hendaknya belajar diniatkan untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai-nilai islam bukan hanya semata-mata menjadi alat
penyebrangan untuk mendapatkan meteri yang berlimpah.
2.
Tugas dan Tanggung Jawab Murid
Murid sebagai peserta didik memiliki
tugas dan tanggung jawab berupa etika dalam menuntut ilmu, yaitu :
a.
Etika yang harus diperhatikan dalam belajar
Dalam hal ini Hasyim Asy’ari
mengungkapkan ada sepuluh etika yang harus dipebuhi oleh peserta didik atau
murid, yaitu :
1. membersihkan hati dari berbagai
gangguan keimanan dan keduniawian
2. membersihkan niat
3. tidak menunda-nunda kesempatan
belajar
4. bersabar dan qonaah terhadap segala
macam pemberian dan cobaan
5. pandai mengatur waktu
6. menyederhanakan makan dan minum
7. bersikap hati-hati atau wara’
8. menghindari makanan dan minuman yang
menyebabkan kemalasan yang pada akhirnya menimbulkan kebodohan
9. menyediakan waktu tidur selagi tidak
merusak kesehatan
10. meninggalkan kurang faedah (hal-hal
yang kurang berguna bagi perkembangan diri).
Dalam hal ini tidak dibenarkan ketika seorang yang menuntut
ilmu hanya menekankan pada hal-hal yang bersifat rohaniah atau duniawiah saja,
karena keduanya adalah penting.
b.
Etika Seorang Murid Terhadap Guru
Etika seorang murid murid kepada
guru, sesuai yang dikatakan oleh Hasyim Asy’ari hendaknya harus memperhatikan
sepuluh etika utama, yaitu :
1. hendaknya selalu memperhatikan dan
mendengarkan apa yang dijelaskan atau dikatakan oleh guru
2. memilih guru yang wara’ artinya
orang yang selalu berhati-hati dalam bertindak disamping profesionalisme
3. mengikuti jejak guru yang baik
4. bersabar terhadap kekerasan guru
5. berkunjung kepada guru pada
tempatnya atau mintalah izin terlebih dahulu kalau harus memaksa keadaan pada
bukan tempatnya
6. duduklah yang rapi dan sopan ketika
berhadapan dengan guru
7. berbicaralah dengan sopan dan lemah
lembut
8. dengarkan segala fatwanya
9. jangan sekali-kali menyela ketika
sedang menjelaskan
10. dan gunakan anggota kanan bila
menyerahkan sesuatu kepadanya.
c.
Etika Murid Terhadap Pelajaran
Dalam menuntut ilmu murid hendaknya
memperhatikan etika berikut :
1. memperhatikan ilmu yang bersifat
fardhu ‘ain untuk dipelajari
2. harus mempelajari ilmu-ilmu yang
mendukung ilmu-ilmu fardhu ‘ain
3. berhati-hati dalam menanggapi
ikhtilaf para ulama
4. mendiskusikan atau menyetorkan apa
yang telah ia pelajari pada orang yang dipercayainya
5. senantiasa menganalisa, menyimak dan
meneliti ilmu
6. pancangkan cita-cita yang tinggi
7. bergaulah dengan orang berilmu lebih
tinggi (intelektual)
8. ucapkan bila sampai ditempat majlis
ta’lim (tempat belajar, sekolah, pesantren, dan lain-lain)
9. bila terdapat hal-hal yang belum
diketahui hendaknya ditanyakan
10. bila kebetulan bersamaan banyak
teman, jangan mendahului antrian bila tidak mendapatkan izin
11. kemanapun kita pergi kemanapun kita
berada jangan lupa bawa catatan
12. pelajari pelajaran yang telah
diajarkan dengan continue (istiqomah)
13. tanamkan rasa semangat dalam
belajar.
3.
Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Dalam dunia pendidikan tidak hanya
seorang murid yang memiliki tanggung jawab. Namun seorang guru juga memiliki
tanggung jawab yang hampir serupa dengan murid, yaitu :
a.
Etika Seorang Guru
Seorang guru dalam menyampaikan ilmu
pada peserta didik harus memiliki etika sebagai berikut :
1. selalu mendekatkan diri kepada Allah
2. senantiasa takut kepada Allah
3. senantiasa bersikap tenang
4. senantiasa berhati-hati
5. senantiasa tawadhu’ dan khusu’
6. mengadukan segala persoalannya
kepada Allah SWT
7. tidak menggunakan ilmunya untuk
keduniawian saja
8. tidak selalu memanjakan anak didik
9. berlaku zuhud dalam kehidupan dunia
10. menghindari berusaha dalam hal-hal
yang rendah
11. menghindari tempat-tempat yang kotor
atau maksiat
12. mengamalkan sunnah nabi
13. mengistiqomahkan membaca al-qur’an
14. bersikap ramah, ceria, dan suka
menebarkan salam
15. membersihkan diri dari
perbuatan yang tidak disukai Allah
16. menumbuhkan semangat untuk
mengembangkan dan menambah ilmu pengetahuan
17. tidak menyalahgunakan ilmu dengan
menyombongkannya
18. dan membiasakan diri menulis,
mengarang dan meringkas.
Dalam pembahasan ini ada satu hal yang sangat menarik, yaitu
tentang poin yang terakhir guru harus rajin menulis, mengarang dan meringkas.
Hal ini masih sangat jarang dijumpai, ini juga merupakan menjadi salah satu
faktor mengapa masih sangat sulit dijumpai karya-karya ilmiah. Padahal dengan
adanya guru yang selalu menulis, mengarang dan merangkum, ilmu yang dia miliki
akan terabadikan.
b.
Etika Guru dalam mengajar
Seorang guru ketika mengajar dan
hendak mengajar hendaknya memperhatikan etika-etika berikut :
1. mensucikan diri dari hadats dan
kotoran
2. berpakaian yang sopan dan rapi serta
berusaha berbau wewangian
3. berniat beribadah ketika dalam
mengajarkan ilmu
4. menyampaikan hal-hal yang diajarkan
oleh Allah (walaupun hanya sedikit)
5. membiasakan membaca untuk menambah
ilmu pengetahuan
6. memberikan salam ketika masuk
kedalam kelas
7. sebelum belajar berdo’alah untuk
para ahli ilmu yang telah terlebih dahulu meninggalkan kita
8. berpenampilan yang kalem dan
menghindarkan hal-hal yang tidak pantas dipandang mata
9. menghindarkan diri dari gurauan dan
banyak tertawa
10. jangan sekali-kali mengajar dalam
kondisi lapar, makan, marah, mengantuk, dan lain sebagainya
11. hendaknya mengambil tempat duduk
yang strategis
12. usahakan berpenampilan ramah, tegas,
lugas dan tidak sombong
13. dalam mengajar hendaknya
mendahulukan materi yang penting dan disesuaikan dengan profesionalisme yang
dimiliki
14. jangan mengajarkan hal-hal yang
bersifat subhat yang dapat menyesatkan
15. perhatikan msing-masing kemampuan
murid dalam meperhatikan dan jangan mengajar terlalu lama
16. menciptakan ketengan dalam belajar
17. menegur dengan lemah lembut dan baik
ketika terdapat murid yang bandel
18. bersikap terbuka dengan berbagai
persoalan yang ditemukan
19. berilah kesempatan pada murid yang
datang terlambat dan ulangilah penjelasannya agar mudah dipahami apa yang
dimaksud
20. dan apabila sudah selesai berilah
kesempatan kepada anak didik untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.
Dari pemikiran yang ditawarkan oleh hasyim asy’ari tersebut,
terlihatlah bahwa pemikirannya tentang etika guru dalam mengajar ini sesuai
dengan apa yang beliau dan kita alami selama ini. Hal ini mengindikasikan bahwa
apa yang beliau fikirkan adalah bersifat fragmatis atau berdasarkan pengalaman.
Sehingga hal inilah yang memberikan nilai tambah begi pemikirannya.
c.
Etika Guru Bersama Murid
Guru dan murid pada dasarnya
memiliki tanggung jawab yang berbeda, namun terkadang seorang guru dan murid
mempunyai tanggung jawab yang sama, diantara etika tersebut adalah :
1. berniat mendidik dan menyebarkan
ilmu pengetahuan serta menghidupkan syari’at islam
2. menghindari ketidak ikhlasan dan
mengejar keduniawian
3. hendaknya selalu melakukan
instropeksi diri
4. menggunakan metode yang sudah
dipahami murid
5. membangkitkan semangat murid dengan
memotivasinya, begitu murid yang satu dengan yang lain
6. memberikan latihan – latihan yang
bersifat membantu
7. selalu memperhatikan kemapuan
peserta didik yang lain
8. bersikap terbuka dan lapang dada
9. membantu memecahkan masalah dan
kesulitan peserta didik
10. tunjukkan sikap yang arif dan
tawadhu’ kepada peserta didik yang satu dengan yang lain.
Bila sebelumnya seorang murid dengan guru memiliki tugas dan
tanggung jawab yang berbeda, maka setelah kita telaah kembali, ternyata seorang
guru dan murid juga memiliki tugas yang serupa seperti tersebut di atas. Ini
mengindikasikan bahwa pemikiran Hasyim Asy’ari tidak hanya tertuju pada
perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh peserta didik dan guru, namun juga keasamaan
yang dimiliki dan yang harus dijalani. Hal ini pulalah yang memberikan indikasi
nilai utama yang lebih pada hasil pemikirannya.
B. Pemikiran
Pendidikan Islam Menurut KH. Ahmad Dahlan
Selain berdagang pada hari-hari
tertentu, Ahmad Dahlan memberikan pengajian agama kepada beberapa kelompok
orang, terutama pada kelompok murid Pendidikan Guru Pribumi di Yogyakarta. Dia
juga pernah mencoba mendirikan sebuah madrasah dcngan pengantar bahasa Arab di
lingkungan Keraton, namun gagal.
Selanjutnya, pada tanggal 1 Desember
1911 M. Ahmad Dahlan mendirikan sebuah Sekolah Dasar di lingkungan Keraton
Yogyakarta. Di sekolah ini, pelajaran umum diberikan oleh beberapa guru pribumi
berdasarkan sistem pendidikan gubernemen. Sekolah ini barangkali merupakan
Sekolah Islam Swasta pertama yang memenuhi persyaratan untuk mendapatkan
subsidi pemerintah.
Sumbangan terbesarnya K.H. Ahmad
Dahlan, yaitu pada tanggal 18 November 1912 M. mendirikan organisasi sosial
keagamaan bersama temannya dari Kauman, seperti Haji Sujak, Haji Fachruddin,
haji Tamim, Haji Hisyam, Haji syarkawi, dan Haji Abdul Gani.
Tujuan Muhammadiyah terutama untuk
mendalami agama Islam di kalangan anggotanya sendiri dan menyebarkan agama
Islam di luar anggota inti. Untuk mencapai tujuan ini, organisasi itu bermaksud
mendirikan lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tabligh yang
membicarakan masalah-masalah Islam, mendirikan wakaf dan masjid-masjid serta
menerbitkan buku-buku, brosur-brosur, surat kabar dan majalah.
Sebagai jawaban terhadap kondisi
pendidikan umat Islam yang tidak bisa merespon tantangan zaman, K.H. Ahmad
Dahlan dengan Muhammadiyah melanjutkan model sekolah yang digabungkan dengan
sistem pendidikan gubernemen. Ini mengadopsi pendidikan model Barat, karena
sistemnya dipandang “yang terbaik” dan disempurnakan dengan penambahan mata
pelajaran agama. Dengan kata lain, ia berusaha untuk mengislamkan berbagai segi
kehidupan yang tidak Islami. Umat Islam tidak diarahkan kepada pemahaman “agama
mistis” melainkan menghadapi duni secara realitis.
Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad
Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan
badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan surat
ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. izin itu hanya berlaku
untuk daerah Yokyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran
akan perkembangan organisasi ini. Itulah sbabnya kegiatannya dibatasi. Walaupun
Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srakandan, Wonosari, dan
Imogiri dan lain-lain tempat telah berdiri cabang Muhammadiyah di luar
Yokyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Ujung Pandang
dengan nama Al-Munir, di Garut dengan nama Ahmadiyah. Sedangkan di Solo berdiri
perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari
cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yokyakarta sendiri ia menganjurkan
adanya jama’ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan
kepentingan Islam. Perkumpulan-perkumpulan dan jama’ah-jama’ah ini mendapat
bimbingan dari Muhammadiyah, yang diantaranya ialah Ikhwanul Muslimin,
Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan
Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba, Ta’awanu alal birri, Ta’ruf Bima kanu
wal-Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul Mubtadi. Sementara itu,
usaha-usaha Muhammadiyah bukan hanya bergerak pada bidang pengajaran, tapi juga
bidang- bidang lain, terutama sosial umat Islam. Sehubungan dengan itu,
Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan mempunyai ciri-ciri khas sebagai
berikut:
1. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam.
2. Muhammadiyah dalam melaksanakan dan
memperjuangkan keyakinan dan cita-cita organisasinya berasaskan Islam. Menurut
Muhammadiyah, bahwa dengan Islam bisa dijamin kebahagiaan yang hakiki hidup di
dunia dan akhirat, material dan spiritual.
Untuk mewujudkan keyakinan dan cita-cita Muhammadiyah yang
berdasarkan Islam, yaitu amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah dilakukan menurut
cara yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Dakwah Islam dilakukan dengan hikmah,
kebijaksanaan, nasehat, ajakan, dan jika perlu dilakukan dengan berdialog.
Usaha-usaha yang dirintis dan
dilaksanakan menunjukkan bahwa Muhammadiyah selalu berusaha memperbarui dan
meningkatkan pemahaman Islam secara rasional sehingga Islam lebih mudah
diterima dan dihayati oleh segenap lapisan masyarakat.
Muhammadiyah sebagai gerakan sosial
keagamaan, lengkaplah ketika pada tahun 1917 M. membentuk bagian khusus wanita
yaitu ‘Aisyah. Bagian ini menyelenggarakan tabligh khusus wanita, memberika kursus
kewanitaan. Pemeliharaan fakir miskin, serta memberi bantuan kepada orang
sakit. Kegiatan Muhammadiyah dengan ‘Aisyah ini berjalan baik, terutama karena
banyak orang Islam baik menjadi anggota maupun simpatisan memberikan zakatnya
kepada organisasi ini.
Di samping ‘Aisyiah, kegiatan lain
dalam bentuk kelembagaan yang berada di bawah organisasi Muhammadiyah ialah :
1. PKU (Penolong Kesengsaraan Umum)
yang bergerak dalam usaha membantu orang-orang miskin, yatim piatu, korban
bencana alam dan mendirikan klinik-klinik kesehatan
2. Hizb AI-Wathan, gerakan kepanduan
Muhammadiyah yang dibentuk pada tahun 1917 M. oleh K.H. Ahmad Dahlan
3. Majlis Tarjih, yang bertugas
mengeluarkan fatwa terhadap masalah-masalah yang terjadi di masyarakat.
Cita-cita K.H. Ahmad Dahlan sebagai
ulama cukup tegas, ia ingin memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan
cita-cita Islam. Usaha-usahanya lebih ditujukan untuk hidup beragama.
Keyakinannya bahwa untuk membangun masyarakat bangsa haruslah terlebih dahulu
di bangun semangat bangsa.
Dengan keuletan yang dilakukan oleh
K.H. Ahmad Dahlan, dengan gerakannya yang tidak pernah luput dari amal,
kelenturan dan kebijaksaan dalam membawa misinya, telah mampu menempatkan
posisi “aman”, baik pada zaman penjajahan maupun pada masa kemerdekaan. Jejak
langkah K.H. Ahmad Dahlan senantiasa menitik- beratkan pada pemberantasan dan
melawan kebodohan serta keterbelakangan yang senantiasa berdasarkan Al-Qur’an
dan Hadits.
Arus dinamika pembahruan terus
mengalir dan bergerak menuju kepada berbagai persoalan kehidupan yang semakin
kompleks. Dengan demikian, peranan pendidikan Islam menjadi semakin penting dan
strategis untuk senantiasa mendapat perhatian yang serius. Hal ini disebabkan,
karean pendidikan merupakan media yang sangat strategis untuk mencerdaskan
umat. Melalui media ini, umat akan semakin kritis dan memiliki daya analisa
yang tajam dan membaca peta kehidupan masa depannya yang dinamis. Dalam konteks
ini, setidaknya pemikiran pendidikan Ahmad Dahlan dapat diletakkan sebagai
upaya sekaligus wacana untuk memberikan inspirasi bagi pembentukan dan
pembinaan peradaban umat masa depan yang lebih proporsional.
Ketika berusia empat puluh tahun,
1909, Ahmad Dahlan telah membuat terobosan dan strategi dakwah: ia memasuki
perkumpulan Budi Utomo. Melalui per-kumpulan ini, Dahlan berharap dapat
memberikan pelajaran agama kepada para anggotanya.
Gerakan pembaruan K.H. Ahmad Dahlan,
yang berbeda dengan masyarakat zamannya mempunai landasan yang kuat, baik dari
keilmuan maupun keyakinan Qur’aniyyah guna meluruskan tatanan perilaku
keagamaan yang berlandaskan pada sumber aslinya, Al-Qur’an dengan penafsiran
yang sesuai dengan akal sehat. Berangkat dari semangat ini, ia menolak taqlid
dan mulai tahun 1910 M. penolakannya terhadap taqlid semakin jelas. Akan tetapi
ia tidak menyalurkan ide-idenya secara tertulis.
pada tanggal 1 Desember 1911 M.
Ahmad Dahlan mendirikan sebuah Sekolah Dasar di lingkungan Keraton Yogyakarta.
Di sekolah ini, pelajaran umum diberikan oleh beberapa guru pribumi berdasarkan
sistem pendidikan gubernemen. Sekolah ini barangkali merupakan Sekolah Islam
Swasta pertama yang memenuhi persyaratan untuk mendapatkan subsidi pemerintah.
DR.H.
Samsul Rizal, M.A.. Filsafat Pendidikan Islam.Ciputat Pers. Jakarta.
2002.Halaman 155
http://misbakhudinmunir.wordpress.com/2010/08/08/pemikiran-pendidikan-islam-menurut-kh-hasyim-asyari-dan-kh-ahmad-dahlan/
tulisan ini sangat membantu...
BalasHapusmari kita tingkatkan kualitas pendidikan di indonesia..
terimakasih...
Zainul Mufidah FIAI
Izinkanlah saya menulis / menebar sejumlah doa, semoga Allaah SWT mengabulkan, antara lain memulihkan kejayaan kaum Muslim, memberi kaum Muslim tempat yang mulia diakhirat (khususnya para salaf al-shaalih, para anggota “Wali Songo”, juga KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan - terlebih mengingat kedua beliau 1 moyang, 1 guru, 1 kamar pondok). Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.
BalasHapusLebih dan kurang saya mohon maaf. Semoga Allaah SWT selalu mencurahkan kasih sayang kepada kaum Muslim : yang hidup dan yang mati, di dunia dan di akhirat. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.
Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah
A’uudzubillaahiminasysyaithaanirrajiim
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
Arrahmaanirrahiim
Maaliki yaumiddiin,
Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
Ihdinashirratal mustaqiim,
Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin
Aamiin
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.
Allaahumma shalli wa sallim wa baarik, 'alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wa azwaajihim wa aalihim wa dzurriyyaatihim wa ash-haabihim wa ummatihim ajma'iin.
Allaahumma innaa nas’aluka salaamatan fiddiini waddun-yaa wal akhirati wa ’aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil ‘ilmi wabarakatan firrizqi wa taubatan qablal mauti, wa rahmatan ‘indal mauti, wa maghfiratan ba’dal maut. Allahuma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti, wannajaata minannaari wal ‘afwa ‘indal hisaab.
Allaahumma inna nas aluka husnul khaatimah wa na’uudzubika min suu ul khaatimah.
Allaahuma inna nas’aluka ridhaka waljannata wana’uudzubika min shakhkhatika wannaar.
Allaahummadfa’ ‘annal balaa-a walwabaa-a walfahsyaa-a wasy-syadaa-ida walmihana maa zhahara minhaa wamaa bathana min baladinaa haadzaa khaash-shataw wamin buldaanil muslimuuna ‘aammah.
Allaahumma ahlkil kafarata walmubtadi-‘ata walmusyrikuun, a’daa-aka a’daa-ad diin.
Allaahumma syatttit syamlahum wa faariq jam-‘ahum, wazalzil aqdaamahum.
Allaahumma adkhilnii mudkhala shidqiw wa-akhrijnii mukhraja shidqiw waj-‘al lii milladunka sulthaanan nashiiraa.
------(doa khusus untuk para para salaf al-shaalih, para anggota “Wali Songo”, juga KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan, semoga Allaah selalu mencurahkan kasih sayang kepada mereka).
ALLAAHUMMAGHFIRLAHUM WARHAMHUM WA’AAFIHIM WA’FU ‘ANHUM
ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNA AJRAHUM WA LAA TAFTINNAA BA’DAHUM WAGHFIRLANAA WALAHUM
Ya Allaah, terimalah amal saleh kami, ampunilah amal salah kami, mudahkanlah urusan kami, lindungilah kepentingan kami, ridhailah kegiatan kami, angkatlah derajat kami dan hilangkanlah masalah kami.
Ya Allaah, tetapkanlah kami selamanya menjadi Muslim, tetapkanlah kami selamanya dalam agama yang kau ridhai – Islam, tetapkanlah kami selamanya menjadi umat dari manusia yang paling engkau muliakan – Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallahu’alihi wa alihi wa shahbihi wa ummatihi, wa baraka wassallam.
Ya Allaah, percepatlah kebangkitan kaum Muslim. Pulihkanlah kejayaan kaum Muslim, Lindungilah kaum Muslim dari kesesatan terutama kemurtadan. Berilah kaum Muslim tempat mulia di akhirat.
Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.
Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abraar.
Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim. Washshalallaahu ‘alaa sayyidina wa nabiyyina wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam.
HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULA WANI’MAN NASHIIR.
Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘aalamiin.
Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.
Ganie, Indra - Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten