BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada dasarnya kehidupan ini selaras seimbang antara
segala sesuatu yang ada didalamnya, yaitu makhluk hidup, ada manusia, hewan dan
tumbuhan, dan semua benda mati yang dapat dimanfaatkan dan mempunyai peran
dalam kehidupan ini. Yang membuat lingkungan rusak dan tidak tertata lagi
selain sang pencipta adalah masalah siapa yang menduduki dan menjadi pemimpin
di atasnya yakni manusia. Kalau lingkungan mau stabil berarti manusia harus bisa menata
kembali tatanannya dengan cara mendidik manusia-manusianya agar dapat mengelola
lingkungannya.
Lingkungan dan Kependudukan bisa selaras apabila satu
sama lain bisa seimbang. Dalam penerapan yang ada, pelaku utamanya adalah
manusia selaku penduduk, yang di fokuskan kepada pengelolaan lingkungan melalui
pendekatan pendidikan lingkungan mulai dari tingkat SD hingga perguruan tinggi
dan kepada masyarakat. Lingkungan akan menjadi bumerang bila kita tidak bisa mengelolanya
dengan baik, akan mengancam keselamatan kita.
PLH memasukkan aspek afektif yaitu
tingkah laku, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk membangun masyarakat
yang berkelanjutan (sustainable). Pencapaian tujuan afektif ini biasanya sukar
dilakukan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru perlu memasukkan
metode-metode yang memungkinkan berlangsungnya klarifikasi dan internalisasi
nilai-nilai. Dalam PLH perlu dimunculkan atau dijelaskan bahwa dalam kehidupan
nyata memang selalu terdapat perbedaan nilai-nilai yang dianut oleh individu.
Perbedaan nilai tersebut dapat mempersulit untuk derive the fact, serta dapat
menimbulkan kontroversi/pertentangan pendapat. Oleh karena itu, PLH perlu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun ketrampilan yang dapat
meningkatkan ?kemampuan memecahkan masalah?.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan pendidikan lingkungan hidup?
2.
Bagaimana tujuan
pendidikan lingkungan hidup?
3.
C.
Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP
A. Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup
Pendidikan lingkungan hidup (PLH) adalah program pendidikan untuk membina anak didik agar memiliki
pengertian, kesadaran, sikap, dan perilaku yang rasional serta bertanggung
jawab terhadap alam dan terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan.(Mustofa).
Pendidikan lingkungan Hidup (environmental education –
EE) adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar
dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang
berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, ketrampilan,
sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama , baik
secara individu maupun secara kolektif , untuk dapat memecahkan berbagai
masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru [UN - Tbilisi,
Georgia - USSR (1977) dalam Unesco, (1978)]
B. Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup :
PLH adalah agar siswa memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku
rasional dan bertanggung jawab terhadap masalah kependudukan dan lingkungan
hidup. PLH bukan mata pelajaran yang berdiri sendiri melainkan mata pelajaran
yang di integrasikan keberbagai mata pelajaran dalam kurikulum.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan pelaksanaan PLH
dalam program sekolah melalui pendekatan terpadu.
Agar ini berhasil maka perlu memperhatikan factor-faktor sebagai
berikut:
1.
Perpaduan harus
dilakukan secara tepat agar pengetahuan mata pelajaran yang dijadikan perpaduan
tidak mengalami perubahan susunan.
2.
Susunan pengetahuan
yang jadi perpaduan berdasarkan kurikulum yang ada pada system persekolahan
yang sedang berlaku.
3.
Mata pelajaran induk
yang dipilih sebagai wadah perpaduan memiliki daya serap yang cukup. Adapun
mata pelajaran yang utama sebagai wadah perpaduan adalah Pendidikan Agama,
Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PENJAS dan Pendidikan Kewarga Negaraan.
C. Sekitar Lingkungan Kependudukan
Pendidikan lingkungan merupakan salah satu faktor
penting dalam meraih keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan hidup, juga
menjadi sarana yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang
dapat melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan. lbarat sebuah pelita
dalam kegelapan malam, pendidikan lingkungan hadir sebagai upaya untuk
meningkatkan pemahaman dan kepedulian akan lingkungan. Pendidikan lingkungan
tidak akan merubah situasi dan kondisi yang telah rusak menjadi baik dalam waktu
sekejap, melainkan membutuhkan waktu, proses dan sumber daya.
Dalam
lingkungan tidak lepas dari dua komponen biotik dan abiotik. Biotik didalamnya
terdapat mahluk hidup termasuk manusia, abiotik yaitu benda mati batu, tanah,
matahari, anggin, air dan sebagainya. Tetapi yang paling besar peranannya
adalah manusia.
Manusia
pada dasarnya sebagai mahluk individu yang hidupnya ingin sendiri , tetapi
manusia juga tidak lepas dari orang lain dan lingkungan sekitar karena itu
manusia disebut juga makhluk sosial. Manusia tidak bisa hidup sendiri ia
membutuhkan interaksi dengan sesamanya.
Karena
secara naluriah manusia selalu ingin berkumpul dengan orang lain sebab memiliki
akal yang sempurna. Segala hal yang melibatkan dua orang atau lebih, melibatkan
orang lain berarti sosial.
1. Individu dan Masyarakat
Manusia adalah salah satu makhluk yang
ada di dunia, tetapi manusia lebih sempurna dengan makhluk lainnya yang ada di
dunia. Karena adanya akal dan perbuatannyapun diatur oleh akal hanya sebagian
kecil diatur oleh naluri. Dengan akalnya itu manusia mempunyai pengetahuan dan
terus mengembangkan sehingga tercipta sesuatu hal yang baru dan lebih bermanfaat.
Namun potensial itu hanya mungkin menjadi kenyataan apabila individu yang
berpotensial bersangkutan saling berinteraksi dan hidup dalam suatu masyarakat
saling timbal balik dan saling melengkapi.
2. Kelompok Sosial
Kecenderungan manusia untuk berkumpul/berkelompok
timbul dari kesadaran manusia akan keinginan hidup saling memerlukan. Pergaulan
antar sesama manusia adalah kebutuhan dan dari pengalamannya itu manusia harus
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan itu semua tidak bisa dilakukan sendiri
yakni harus ada timbal balik dari sesamanya dilingkungan sosial tersebut, maka
itu terjadilah interaksi sosial.
3. Hubungan Makhluk dengan
Lingkungan
Lingkungan terdiri komponen biotik dan
abiotik. Biotik terdiri dari manusia, hewan dan tumbuhan. Abiotik terdiri dari
benda-benda tak bernyawa yang ada disekitar kita.
Antara makhluk yang satu dengan yang
lainnya saling ketergantungan dan saling melengkapi, seperti manusia
membutuhkan hewan dan tumbuhan untuk keperluan pangan, butuh air untuk minum
dan lainnya. Hewan dan tumbuhan membutuhkan air untuk bertahan hidup, butuh
matahari dan sebagainya.
4. Penduduk dan Sumber Daya
Alam (SDA)
Manusia hidup bersama unsur lingkungan
yang lainnya yakni sumber daya alam (SDA). SDA adalah segala sesuatu yang ada
di alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Jumlah penduduk makin meningkat berarti kebutuhannya juga meningkat. Dengan berbagai cara manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk memenuhi kebutuhan tetapi hasil dari pengetahuan dan IPTEK ada yang menguntungkan ada juga yang tidak.Menurut sifatnya SDA ada yang dapat diperbaharui dan SDA yang tidak dapat diperbaharui, oleh sebab itu kita harus waspada atas kelestarian SDA.
Jumlah penduduk makin meningkat berarti kebutuhannya juga meningkat. Dengan berbagai cara manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk memenuhi kebutuhan tetapi hasil dari pengetahuan dan IPTEK ada yang menguntungkan ada juga yang tidak.Menurut sifatnya SDA ada yang dapat diperbaharui dan SDA yang tidak dapat diperbaharui, oleh sebab itu kita harus waspada atas kelestarian SDA.
Agar SDA tetap lestari keberadaannya
dibutuhkan pemeliharaan lingkungan dan tidak mudah tentunya, maka harus ada
kesadaran seluruh warga dalam melestarikan lingkungan dan disini diperlukan
pendidikan agar tiap individu bisa melakukannya.
D. Masalah Lingkungan dan Kependudukan
Masalah lingkungan hidup adalah suatu persoalan yang
dihadapi semua bangsa di dunia baik bangsa yang maju dan berkembang. Menurut
Emil Salim (1986), sudah sejak lama masyarakat Indonesia hidup akrab dengan
lingkungan alam juga memiliki semangat kekeluargaan yang besar dalam lingkungan
sosial, dengan kata lain masyarakat Indonesia telah menerapkan pola hidup yang
serasi dengan lingkungan hidup.
Jumlah penduduk mempengaruhi keseimbangan lingkungan,
penyediaan sumber kekayaan lingkungan juga jadi tujuan sebagai bahan pemenuhan
kebutuhan hidup. Penggunaan tekhnologi dan ilmu pengetahuan yang tidak tepat
dapat mengganggu keseimbangan lingkungan, peningkatan jumlah penduduk dan
perkembangan IPTEK akan diikuti oleh pemakaian lahan.
E. Tekhnologi dan lingkungan
Ilmu dan tekhnologi memberi peluang kepada manusia untuk
merubah lingkungan. Perubahan yang terjadi bisa secara cepat atau lambat.
Manusia menggunakan tekhnologi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Akan tetapi perlu diingat bahwa pada hakikatnya tekhnologi selain dapat membawa
kesejahteraan dapat pula membawa bencana.
Pemakaian ilmu dan teknologi dalam meningkatkan kualitas
hidup manusia memberikan efek samping tersendiri. Adanya pabrik dan berbagai
industri akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan. Dengan kata lain
tekhnologi sangat bermanfaat bagi manusia, disamping itu juga tekhnologi
mempunyai dampak buruk.
F. Peran Pendidikan Lingkungan Hidup :
Proses belajar mengajar sebaiknya dilakukan dengan
pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS). Dasar filosofis mengajar dengan
mengimpelementasikan pendekatan lingkungan alam sekitar adalah dari Rousseau
dan Pestalozzi.
Jean Jacques Rousseau (1712-1788), mengatakan bahwa
kesehatan dan aktifitas fisik adalah faktor utama dalam pendidikan anak-anak.
Rousseau percaya bahwa “anak harus belajar langsung dari pengalaman sendiri,
dari pada harus mendengarkan dari penjelasan buku”. Disini lingkungan sangat
berperan penting dalam proses pembelajaran.
Johann Heinrich Pestalozzi (1716-1827), seorang pendidik
berkebangsaan Swiss, dengan konsef “Home School”nya, menjadikan lingkungan alam
sekitar sebagai objek nyata untuk memberikan pengalaman pertama bagi anak-anak.
Pestalozzi juga mengajarkan ilmu bumi dan alam sekitar kepada anak didiknya
dengan fasilitas yang ada dilingkungan sekitarnya dan menanamkan rasa tanggung
jawab pada diri anak akan dirinya sendiri juga lingkungan agar tetap seimbang.
Tanpa adanya campur tangan manusia, lingkungan hidup
belum tentu dapat terawat. Maka dari itu, penduduk mesti berperan aktif dalam
upaya menyelamatkan lingkungan.
Dalam rangka berperan aktif dalam menyelamatkan
lingkungan di antaranya adalah:
1.
Peran sebagai pengelola, bukan
penghancur lingkungan.Saat ini, banyak sekali penduduk yang perannya tidak
sesuai dengan kenyataan. Yang mestinya menjadi pengelola, malah yang menjadi
pengrusaknya. Pohon ditebang, lahan dieksporitasi dan udara dibuat mengandung
penyakit.
2.
Peran sebagai penjaga,
bukan perusak lingkungan.Kalau dalam diri penduduk sudah sadar akan pentingnya
lingkungan hidup untuk kehidupannya. Maka, mereka akan menjadi penjaga, bukan
menjadi perusak demi kepentingan pribadinya.
Sebab
itulah pendidikan lingkungan di butuhkan dan harus diberikan kepada anak sejak
dini agar mereka mengerti dan kelak tidak merusak lingkungan.
G.
Prinsip-prinsip
Pendidikan Lingkungan Hidup
Pendidikan
lingkungan hidup haruslah:
·
Mempertimbangkan
lingkungan sebagai suatu totalitas — alami dan buatan, bersifat teknologi dan
sosial (ekonomi, politik, kultural, historis, moral, estetika);
·
Merupakan suatu proses
yang berjalan secara terus menerus dan sepanjang hidup, dimulai pada jaman pra
sekolah, dan berlanjut ke tahap pendidikan formal maupun non formal;
·
Mempunyai pendekatan
yang sifatnya interdisipliner, dengan menarik/mengambil isi atau ciri spesifik
dari masing-masing disiplin ilmu sehingga memungkinkan suatu pendekatan yang
holistik dan perspektif yang seimbang.
·
Meneliti (examine)
issue lingkungan yang utama dari sudut pandang lokal, nasional, regional dan
internasional, sehingga siswa dapat menerima insight mengenai kondisi
lingkungan di wilayah geografis yang lain;
·
Memberi tekanan pada
situasi lingkungan saat ini dan situasi lingkungan yang potensial, dengan
memasukkan pertimbangan perspektif historisnya;
·
Mempromosikan nilai dan
pentingnya kerjasama lokal, nasional dan internasional untuk mencegah dan
memecahkan masalah-masalah lingkungan;
·
Secara eksplisit
mempertimbangkan/memperhitungkan aspek lingkungan dalam rencana pembangunan dan
pertumbuhan;
·
Memampukan peserta
didik untuk mempunyai peran dalam merencanakan pengalaman belajar mereka, dan
memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan dan menerima konsekuensi
dari keputusan tersebut;
·
Menghubungkan (relate)
kepekaan kepada lingkungan, pengetahuan, ketrampilan untuk memecahkan masalah
dan klarifikasi nilai pada setiap tahap umur, tetapi bagi umur muda
(tahun-tahun pertama) diberikan tekanan yang khusus terhadap kepekaan
lingkungan terhadap lingkungan tempat mereka hidup;
·
Membantu peserta didik
untuk menemukan (discover) gejala-gejala dan penyebab dari masalah
lingkungan;
·
Memberi tekanan
mengenai kompleksitas masalah lingkungan, sehingga diperlukan kemampuan untuk
berfikir secara kritis dengan ketrampilan untuk memecahkan masalah.
·
Memanfaatkan beraneka
ragam situasi pembelajaran (learning environment) dan berbagai pendekatan
dalam pembelajaran mengenai dan dari lingkungan dengan tekanan yang kuat pada
kegiatan-kegiatan yang sifatnya praktis dan memberikan pengalaman secara
langsung (first – hand experience).
H. Pendidikan lingkungan sangat berpengaruh terhadap kependudukan, diantaranya
1.
Aspek Kognitif, Pendidikan lingkungan
mempunyai fungsi terhadap kognitif yakni untuk meningkatkan pemahaman terhadap
permasalahan lingkungan kependudukan, selain itu meningkatkan daya ingat,
penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi terhadap kondisi yang terjadi dalam
lingkungan sekitarnya.
2.
Aspek Afektif, Sementara itu,
Pendidikan lingkungan berfungsi juga dalam aspek afektif, yakni dapat
meningkatkan penerimaan, penilaian, pengorganisasian dan karakteristik
kepribadian dalam menata kehidupan dalam keselarasan dengan alam. Sehingga,
adanya penataan teradap kependudukan dilingkungan hidupnya.
3.
Aspek Psikomotor, Dalam aspek psikomotor,
fungsi Pendidikan Lingkungan cukup berperan dalam peniruan, manipulasi,
ketetapan, artikulasi, dan pengalamiahan dalam tentang lingkungan yang ada
disekitar kita, dalam upaya meningkatkan hasanah kebudayaan misalnya.
4.
Aspek Minat, Dalam aspek terakhir
ini juga, fungsi dari pendidikan lingkungan terhadap kependudukan, yang dalam
hal ini adalah penduduknya meningkat dalam minat yang tumbuh dalam dirinya.
Minat tersebut, digunakan untuk meningkatkan usaha dalam menumbuhkan kesuksesan
kependudukan yang ada.
Sjarkowi
(2005), mengatakan bahwa membangun kadar pemahaman yang seimbang tentang peran
aktif manusia pembangunan di tengah lingkungan hidupnya, maka di seluruh
penjuru nusantara perlu diselenggarakan program penghijauan kurikula (Greening
The Curicules) seperti digagas Collet, J & S dan Karakhaslan (1996).
Dengan
pola dan bobot pendidikan yang berwawasan lingkungan itu maka kadar kesepahaman
antar sesama manusia pembangunan dan bobot kerjasama pro-aktif dan reaktif
mereka terhadap bencana dan kerugian lingkungan pun akan dapat ditumbuhkan
dengan cepat secara internal daerah atau bahkan kebangsaan maupun
internasional.
Bencana
lingkungan hidup seperti kebakaran, banjir, longsor dan lainya dapat merusak
sumber daya alam. Sekali dimensi kelestarian sumber daya itu mengalami
kerusakan tentunya akan sulit dipulihkan. Maka dapat dimengerti betapa
pentingnya merealisasikan program pendidikan lingkungan, agar lingkungan
terjaga keseimbangannya.
0 komentar:
Posting Komentar