KHALIFAH
HARUSN AL-RASYID
Khalifah yang bernama lengkap
al-Rasyid Abu ja’far bin Al-Mahdi bin Al-Mansyur Abdullah bin Muhammad bin Ali
bin Abdullah bin al-Abbas, namun namanya yang termasyhur adalah Harun
Al-Rasyid, ia lahir di kota Ray pada tahun 148 H, ketika itu ayahnya masih
menjabat sebagai gubernur wilayah Khurasan. Ibunya bernama Khaizuran, mantan
seorang budak. Ketika pada tanggal 14 September 786, Harun al-Rasyid diangkat
sebagai khalifah yang kelima. Ia dikenal sebagai orang yang mempunyai
intelektual yang cukup matang. Menurut catatan sebuah sejarah dialah yang akan
mengantarkan dinasti Abbasiyah ke era kejayaan.
Harun al-Rasyid telah berhasil
menghiasi kota Baghdad
dengan gemerlap khazanah ilmu pengetahuan, termasuk dunia seni dan sastra, juga
dapat melebarkan sayapnya di ibu kota
dinasti Abbasiyah ini, banyak tokoh sastra yang muncul kepermukaan seperti:
Abunawas (wafat 803 M/ 187 H), al-Kisa’I (wafat 805 M/ 189 H) dan Ibrahim
Al-Mausil (wafat 804 M/ 188 H). Pada masa perkembangannya, ia selalu melakukan
shalat sunnah sebanyak seratus raka’at setiap hari. Kebiasaan ini tak pernah ia
tinggalkan kecuali bila ia sakit. Setiap hari juga ia selalu bersedekah
sebanyak seribu dirham dari dalam sakunya sendiri. Ia merupakan sosok khalifah
yang sangat mencintai ilmu dan menyukai orang-orang yang berilmu, ia juga
sangat memperhatikan perintah dan larangan Allah.
Ada beberapa peristiwa penting dalam
pemerintahannya, pada tahun 175 H Abdullah bin Mus’ab al-Zubairi membuat sebuah
provokasi yang menyatakan bahwa Yahya bin Abdullah bin Hasan al-Alawi meminta
dirinya melakukan pemberontakan terhadap Harun al-Rasyid. Mendengar berita itu
Harun lantas memanggil keduanya untuk bersumpah.Harun menjabat tangan Zubair
seraya berkata: “Ya Allah jika engkau tahu bahwa Yahya tidak mengajak saya
untuk memecahkan umat islam dan melakukan pemberontakan
kepada amirul mu’minin, maka jadikanlah saya hanya bergantung kepada daya
dan upayaku sendiri dan jauhkanlah siksa kepadaku dari sisi-Mu”.
1. Khalif Kelima
Harun ibn Muhamad naik
menjabat khalif yang kelima yang telah menggantikan khalif al-Hadi pada tahun 170
H/ 786 M dalam usia 25 tahun dengan pangilan khalif Harun al-Rasyid (170-193 H/
786-809 M). Masa pemerintahannya yang 23 tahun ini merupakan permulaan zaman
emas bagi sejarah dunia islam belahan timur. Seperti masa pemerintahannya Emir
Abdurrahman II (206-238 H/ 822-852 M) di Cordova merupakan permulaan zaman emas
dalam sejarah dunia islam belahan barat. Masa pemerintahannya itu bersama
masanya dengan masa pemerintahan Karel Maha Agung (charlemagre: 768-814 M),
pembangunan imperium Roma suci (Holly Roman Empire) bagi dunia Kristen bagian
barat, yang ditebarkan menjadi kaisar oleh Paus
Leo III (795-816 M) pada tahun 800 M.
Encyclopedia Americana Vol. XIII edisi 1976 halaman 834
menulis tentang masa pemerintahannya dengan: “Harun’s Reputation Was For a Long
Time Inflated and Idealized in Both East and Wast, Perhaps Largely Because of
his Legindary Role as a Figure in Some of The Arabian Nights. The Caliphate
Reached it’s people of power, wealth, and culture in his time”. Yang bermakna:
Namun Harun dalam timur maupun barat, legendaris didalam sebagian kisah-kisah
seribu satu malam. Khilafat mencapai puncak kekuasaannya, kemakmuran dan
kebudayaan pada masanya. Historian’s History of The World Vol. VIII edisi 1926
halaman 210 menulis masa pemerintahannya dengan: “Keagungan dan seluruh
kekuasaan-kekuasaan sebelumnya telah suram didepan harun al-Rasyid, Harun maha
adil (786-809). Penguasaan yang termasyhur ini, yang pada massanya kecakapan
khusus bangsa Arab mencapai perkembangan yang tertinggi, memiliki keistimewaan
diantara para penguasa yang telah menggantikan Muhammad SAW. Gagah berani,
dermawan, dan maha agung ia menolak sikap rayuan untuk mempergunakan kekuasaan
tertinggi yang berada ditangannya itu secara sewenang-wenang terhadap rakyat
yang tidak pernah menggerutu atas setiap
kehendaknya, dan ia memerintah dengan keseluruh perhatian tertuju bagi
menjamin kebahagiaan rakyatnya.
2. Keserentakan
Tiga Peristiwa
Khalifah Harun adalah putra
termuda dari tuan puteri Khaizran, permaisuri khalif al-Mahdi yang berasal dari
bekas sahaya itu. Wazir Yahya al-Barmeki menyampaikan lagi suatu berita gembira
bahwa istri Emir Harun al-Rasyid telah melahirkan putera pada malam itu juga,
yaitu al-Makmun. Putra yang lahir pada malam itu, yakni Abdullah yang
berlakangan menjabat khalif al-Makmun,adalah putra dari istri kedua
berkebangsaan Iran.
Sedangkan putera yang pertama, yakni Muhammad yang belakangan ini menjabat
khalif al-Amin, adalah purta dari istri pertama tuan purti Zubaidah dari
turunan keluarga Hasyim. Diantara seluruh khalif-khalif di dalam daulat
Abbasiyah yang berjumlah 37 khalif itu, maka Muhamad al-Amin itulah Cuma yang
ibu bapaknya kedua-duanya adalah keturunan Arab. Sedangkan khalif-khalif yang
lainnya maka ibunya ada dari turunan Iran, Kurdi, Grik, Rum, Turki, Zangi,
India, Kopti, Sudan, Habsyi, Armenia, Slavs, dan lain-lainnya.
3. Perbatasan Asia Kecil
Pada tahun 170H/ 786 M setelah
berlangsungnya bai’at umum, khalif Harun Al-Rasyid menghapus pos-pos pengintai
(al-Tsughur) yang berada disepanjang perbatasan Asia kecil, yakni sepanjang
perbatasan al-Jazirah disebelah utara Irak dan sepanjang perbatasan Syiria
Utara.
Selanjutnya memerintahkan
pembangunan kota-kota benteng (al-Hushun = al-Qal’at) pada tempat-tempat yang
strategis, disepanjang perbatasan Asia Kecil itu. Juga membangun bivak-bivak
ketentaraan (al-Ma’adil) pada tempat-tempat yang penting diantara kota-kota
benteng itu.
Semenjak Empress Irene dari
imperium Bizantium yang bersikap agresif pada mulanya itu adalah terpaksa pada
akhirnya membeli perdamaian dengan kesediaan membayar upeti tahunan (Anrual
Tributary) yang sedemikian beratnya kepada khalif al-Mahdi melalui putranya
Emir Harun al-Rasyid, yang menjabat panglima pasukan islam belakangan ini, maka
seluruh kota-kota benteng di Asia kecil yang telah diduduki itu dipulangkan
kembali kepada
imperium Benzentium. Galatra dan Kilika dan Phrygia
adalah mengandung monument-monumen sejarah bagi dunia keislaman karena disitulah
lapangan kegiatan rasul pada masa lalu. Empress Irene itu naik menjadi Regent
atas putranya kaisar Constantine
kaisar Leo IV mangkat. Semenjak perjanjian damai diikat pada tahun 780 M itu
maka tak ada peristiwa apapun terjadi antara imperium Bizentium dengan imperium
Abbasiyah.
4. Serangan ke Rumania
Historian’s History of the
World vol. VII halaman 9 dan juga vol. VIII halaman 36 mencatat bahwa pada
tahun 789 M pasukan arab melakukan serangan terhadap Rumania. Oleh karena wilayah
Thracia masih berada dibawah kekuasaan imperium Bizantium dan wilayah dataran
tinggi Karpatia (termasuk Bulgaria
yang pertama (584-1018 M) maka sudah tentulah serangan yang dikatakan itu
dilakukan melalui laut oleh armada islam di laut hitam yang berpangkalan pada
Bandar-bandar pelabuhan sepanjang pesisir Armenia
dan pesisir Georgia
yang berada dibawah kekuasaan islam.
Hal itu dapat disaksikan pada
kenyataan sejarah bahwa sewaktu-waktu pasukan islam dalam tahun 780 M pada masa
pemerintahan khalif al-Mahdi di bawah pimpinan panglimanya Emil Harun al-Rasyid
berhasil pada akhirnya dalam tahun ini mencapai selat Bosporus dengan menerobos
dataran Asia kecil. Maka armada islam dari laut Aegia melalui selat Helespont
dan laut Marmara telah bertemu di selat Bosporus itu dengan armada islam dari
laut hitam dan lalu berpair-pair didepan Contatinopel, kekhawatiran bahwa
pasukan besar islam itu akan didaratkan disemenanjung Thracia dan menguasai
daerah itu dan melakukan pengepungan terhadap ibu kota Constantinopel, seperti
pernah tejadi pada masa pemerintahan khalif Muawiyyah I (41-60 H/ 661-681 M)
dan juga pada masa pemerintahan khalif Sulaiman bin Abdil Malik (96-99 H/
714-717 M) dari daulat Umayyah, hingga didalam pengepungan yang terakhir ini
sempat membangun kota satelit Galata diluar perbentengan constatinopel, maka
kekuatan itulah yang mendorong Empress Irene.
5. Mata Air Zubaidah
Pada tahun 173 H/ 789 M
berlangsung suatu peristiwa yang amat tercatat sekali dalam sejarah. Khalif
Harun Al-RAsyid dengan keluarganya dan pasukan pengiringnya berangkat
menunaikan rukun islam yang kelima yaitu ke tahan suci (haji) dengan berjalan
kaki. Ia menolak untuk menggunakan kendaraan apapun juga kecuali mengangkut
peralatan dan perbekalan. Syukur saja bahwa bapaknya khalif al-Mahdi telah menggali
telaga-telaga air tawar (al-Abar) pada tempat-tempat perhentian dan membangun
kolam-kolam air tertutup (al-Bark) pada jarak-jarak tertentu dengan
petugas-petugas yang harus terus menerus mengisinya pada setiap musim haji.
Pada saat itulah permaisurinya
tuan putrid Zubaidah mendorongkan pembangunan saluran air untuk kota suci Mekkah dari suatu sumber mata air yang terletak
jauh di luar kota
Mekkah. Saluran air itulah yang terkenal sampai kepada masa kita sekarang ini
dengan ‘Ain Zubaidah. Khalif Harun Al-Rasyid sendiri pada tahun 173 H/ 789 M
itu mengariskan sekian banyak pembangunan di tanah suci.
6. Perusuhan Arah ke Dalam
Pada tahun 171 H/ 787 M
dipadamkan perusahaan disekitar Kabul
dan Sanhar dalam wilayah Afganistan sekarang ini. Lembah Sind dan wilayah
Gujarat (surashtra) mendapat serangan berkala dari pihak raja Vatsaraja (775-800
M) dari dinasti Gujar-Prathihara (740-1036 M) yang menguasai wilayah Rajputana
dan bagian utara India, akan
tetapi senantiasa dapat dipatahkan oleh al-Wali (gubernur) wilayah, Sind dan Gujarat. Pada tahun 176 H/ 729 M berlangsung
pemberontakan Emir Yahya ibn Abdillah ibn al-Ahsan dari turunan keluarga Alawi.
Pada dataran tinggi Dailam dalam jailan sebelah utara Kazwin. Khalifah Harun
al-Rasyid mengirim pasukan dibawah panglima Fadhal ibn Yahya al-Barmeki
berkekuatan 50.000 orang. Pada tahun 177 H/ 793 M. emir Yahya ibn Abdillah,
memohonkan damai dan menyerahkan dirinya. Dia dibawa ke Baghdad dan khalif Harun menyambutnya dengan
kehormatan.
Pada tahun berikutnya, yakni tahun 178 H / 794 M, pecah
pemberontakan lagi dalam wilayah Armenia dan Azarbaijan dibawah seorang pemuka
Sekta Khawarij, Walid Ibn Tharif al-Tiglabi. Khalif Harun mengirimkan pasukan
besar dibawah panglima Yazid ibn Mazid al-Syaibani. Pasukan itu dapat
dipadamkan tahun itu juga dan pemuka itu tewas dalam pertempuran. Pada tahun
180 H/ 796 M pecah pertentangan yang sangat sengitnya antara kelompok
masyarakat Yamani dengan kelompok masyarakat Mudhari dalam wilayah Syiria dan
Palestina, seperti juga halnya dengan pertentangan tajam antara kedua keturunan
itu dalam wilayah Andalusia.
7. Serangan Pihak Khazars
Pada tahun 183 H/ 799 M
berlangsung serangan pihak Khazars, yang mendiami hulu sungai danau dan sungai
Wolga disebelah utara Kaukasus, terhadap wilayah Georgia
dan Armenia
dan Azarbalijan. Serangan itu amat mendadak sekali terjadi
pembunuhan-pembunuhan masal terhadap orang islam dan orang zimmi (bukan islam)
beserta pembakaran dan pemusnahan dan rebut rampas. Serangan pihak Khazars itu
disebabkan suatu peristiwa. Pada tahun 182 H/ 798 M seorang puteri Khakhan,
maharaja Khazars, mengadakan kunjungan kehormatan bersama para pengiringnya
kepada Emir Fadhal ibn Yahya al-Barmeki, yang menjabat al-Wali (gubernur)
ketiga wilayah itu.
8. Serangan Pihak Binzantium
Kemungkinan serangan kembali
dari pihak Benzantium, seperti diperhitungkan Khalif Harun al-Rasyid pada mula
menjabat khalifah, dalam pergolakan dua kekuasaan memperebutkan kekuasaan di
Constantinopel maka pada akhirnya sang putera, Constansine VI. Pada tahun 790 M
dalam usia 20 tahun berhasil merebut kekuasaan dari ibunya dan terhadap Empress
Irene. Pada tahun 790 M demikian William L. Longer di dalam Encyclopedia of
World History Cetakan 1956 halaman 176, kaisar Constantine VI menggerakan
serangan pada perbatasan Asia utara. Tujuan ke Bulgaria untuk melaksanakan
kristenisasi di dalam kalangan suku-suku slavs dan tujuan ke
selatan utnuk memulihkan kekuasaan imperium Roma Timur dalam wilayah
syiria dan Palestina.
9. Daulat Aghlabiyah
Khalif Harun Al-Rasyid dalam
tahun 184 H/ 800 M menunjuk dan mengangkat panglima Ibrahim Ibn Aghlab menjabat
Alwali (gubernur) wilayah Afrika utara berkedudukan di Kairawan. Pangkat
berdirinya daulat Aghlabiyah (Aghlabyte Dynasty) dalam wilayah Afrika utara,
yang berkuasa dalam 112 tahun, bermula pada tahun 184 H/ 800 M itu sampai tahun
296 H/ 909 M. pada penguasanya terdiri atas 11 orang, sebagai berikut:
1)
184-196 Emir Ibrahim ibn Aghlab.
2)
196-201 Emir Abdul-Abbas Ibn Ibrahim.
3)
201-223 Emir zi-Ladatullah ibn Ibrahim.
4)
223-226 Emir Abu Iqbal al-Aghlab ibn Ibrahim.
5)
226-242 Emir Muhammad Ibnu Al-Aghlab.
6)
242-249 Emir Ahmad Ibn Abil-Abaas.
7)
249-250 Emir zi-Ladatullah ibn Ahmad.
8)
250-261 Emir Abdul Gharaniq ibn Ahmad.
9)
261-289 Emir Ibrahim bin Ahmad.
10) 289-290
Emir Abdullah ibn Ibrahim.
11) 290-296
Emir Ziyadatullah ibn Abri-Abbas.
10. Perutusan
Pihak Charlemagne
Pada tahun 184 H/ 801 M tiba
di Baghdad perutusan Kharel Maha Agung ataupun
Charlemagne (768-814 M) kaisar Holy Roman Empire pada dunia belahan barat dan khilaf Harun al-Rasyid pada tahun tiu juga
mengirimkan perutusan balasan menuju Aachen
membawa berbagai macam hadiah yang menakjubkan orang-orang pada balai
penghadapan Charlemagne masa itu. Charlemagne, cucu Karel Martel (714-741 M)
yang mampu memukul pasukan islam dibawah panglima besar Abdurahman Al-Cafiki
pada tahun 732 M untuk menuju dari kota Tours menuju Paris yang berjarak 126
mil, sewaktu bergerak meluaskan kekuasaannya kearah selatan melintasi
pegunungan Pyrenees untuk merebut semenanjung Iberia dari tangan kekuasaan
islam pada
masa pemerintahan Emir Abdurahman I (756-788 M) maka pasukannya itu
hancur binasa dalam pertempuran di Roncesvalles
pada tahun 778 M, yakni jalan genting pada perbatasan utara Navera. Dengan
begitu ia pun dihadapkan pada kenyataan bahwa ia kini berhadapan dengan
kekuatan yang sebanding, karena Emir Abdurahman I itu adalah pembangun daulat
Umayyah (756-1031 M) di semenanjung Liberia.
0 komentar:
Posting Komentar